BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bronkopneumonia
adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini sering
menyerang anak-anak dan balita hampir diseluruh dunia. Bila penyakit ini tidak segera ditangani, maka akan
menyebabkan beberapa komplikasi bahkan kematian. Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia. Bronkopneumonia adalah suatu
cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada
jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau
melalui hematogen sampai ke Bronkus. (Sujono Riyadi dan Sukarmin,
2009).
Laporan WHO
tahun 1999, menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit
infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12
kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat
infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %. Di
Amerika dengan cara invasif pun
penyebab pneumonia hanya ditemukan
50%. Penyebab pneumonia sulit
ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya,
sedangkan pneumonia dapat menyebabkan
kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara empiris.
Laporan Survei
Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, Penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2
sebagai penyebab kematian di Indonesia.
Epidemologi angka mortalitas anak-anak dengan bronchopneumonia di Indonesia tetap
tinggi. Angka mortalitas bronchopneumonia
secara keseluruhan mencapai 7-28,6%. (Nugroho, 1971).
Peran perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga kebersihan baik fisik
maupun lingkungan seperti tempat sampah, ventilasi, dan kebersihan lain-lain.
Preventif dilakukan dengan cara menjaga pola hidup bersih dan sehat, upaya
kuratif dilakukan dengan cara memberikan obat yang sesuai indikasi yang
dianjurakan oleh dokter dan perawat memiliki peran dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan bronkopnemonia
secara optimal, profesional dan komprehensif, sedangkan pada aspek
rehabilitatif, perawat berperan dalam memulihkan kondisi klien dan menganjurkan
pada orang tua klien untuk kontrol ke rumah sakit.
Berdasarkan data di atas, maka
penulis tertarik untuk melakukan pnelitian dengan berdasarkan studi kasus
tentang: “Asuhan Keperawatan pada klien An. “A” dengan gangguan sistem pernapasan: “Bronkopneumonia” di ruang melati BLUD
Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2012.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yaitu bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan pada klien An. A dengan
gangguan sistem pernapasan: broncopneumonia
di Ruang Melati BLUD
Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2012 ?
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada klien An. A dengan gangguan sistem pernapasan: bronkopneumonia di Ruang Melati BLUD Rumah
Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2012.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mampu melakukan
pengkajian pada klien An. A dengan kasus bronkopneumonia
di BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh.
b.
Mampu menentukan
diagnosa keperawatan pada klien An. A dengan bronkopneumonia di BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh.
c.
Mampu
merencanakan asuhan keperawatan pada klien An. A dengan bronkopneumonia di BLUD Rumah Sakit Benyamin
Guluh.
d.
Mampu
melaksanakan rencana asuhan keperawatan pada klien An.
A dengan bronkopneumonia di BLUD Rumah
Sakit Benyamin Guluh.
e.
Mampu
melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien An. A dengan bronkopneumonia di BLUD Rumah Sakit Benyamin
Guluh.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk
Institusi
Dapat digunakan sebagai bahan referensi
untuk penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan
pada anak dengan bronchopneumonia.
2.
Untuk Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi rekan-rekan mahasiswa.
3.
Untuk Peneliti
Peneliti dapat memperoleh pengetahuan
dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan bronchopneumonia serta dalam melakukan
pendokumentasian dan penyusunan makalah bronchopneumonia.
E.
Metode
Penulisan
Metode dalam penulisan makalah Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif
dan metode studi kasus kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang
digunakan adalah studi kasus dimana peserta didik mengolah 1 (satu) kasus
dengan menggunakan proses keperawatan.
F.
Sistematika
Penulisan
Adapun sistematika dari
penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari 5 bab, yaitu:
1. BAB
I :
Pendahuluan, yang meliputi latar
belakang, tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
2. BAB
II :
Tinjauan pustaka, yang meliputi
pengertian, etiologi, patofisiologi (klasifikasi proses perjalanan penyakit dan
manifestasi klinis), komplikasi, penatalaksanaan, konsep tumbuh kembang anak,
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan.
3. BAB
III :
Tinjauan kasus, yang
meliputi pengkajian keperawatan, analisa data, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
4. BAB
IV :
Pembahasan, yang
menjelaskan tentang kesenjangan antara teori dan hasil penelitian meliputi
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi keperawatan.
5.
BAB
V :
Penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Bronkopneumonia
adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada
jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau
melalui hematogen sampai ke bronkus. (Sujono Riyadi dan Sukarmin,
2009).
Bronkopneumonia
adalah merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang
tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk
kering dan produktif. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).
2.
Etiologi
Penyebab tersering brokopneumonia pada anak adalah pneumokokus
sedang penyebab lainnya antara lain: streptococcus
pneumoniae, stapilokokus aureus,
haemopillus influenza, jamur (seperti candida
albicans), dan virus. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab
yang berat, serius dan sangat progresif dengan mortalitas tinggi.
3. Anatomi Fisiologi
Sistem Pernapasan
Anatomi
pernafasan agar udara bisa mencapai paru-paru adalah hidung, laring, trakhea, bronkhus dan bronkhiolus.
Fungsi masing-masing bagian ini sebagai
berikut:
a.
Fungsi hidung
1)
Terdapat
bentukan-bentukan yang berfungsi untuk :
a) Bulu-bulu
hidung berguna untuk menyaring udara yang baru masuk, debu dengan diameter >
5 mikron akan tertangkap.
b) Selaput
lendir hidung berguna untuk menangkap debu dengan diameter lebih besar, kemudian
melekat pada dinding rongga hidung.
c) Anyaman
vena (Flexus venosus) berguna untuk
menyamakan kondisi udara yang akan masuk paru dengan kondisi udara yang ada di
dalam paru.
d) Konka
(tonjolan dari tulang rawan hidung) untuk memperluas permukaan, agar proses
penyaringan, pelembaban berjalan dalam suatu bidang yang luas, sehingga proses
diatas menjadi lebih efisien.
2)
Pharing
Terdapat persimpangan antara saluran napas dan saluran pencernaan. Bila menelan
makanan glotis dan epiglotis menutup saluran napas, untuk mencegah
terjadinya aspirasi. Pada pemasangan endotrakeal
tube glotis tidak dapat menutup sempurna, sehingga mudah terjadi aspirasi.
3) Laring Terdapat pita suara / flika vokalis, bisa menutup dan membuka
saluran napas, serta melebar dan menyempit.
Gunanya:
a)
Membantu
dalam proses mengejan -Membuka dan menutup saluran napas secara intermitten pada waktu batuk. Pada waktu
mau batuk flika vokalis menutup, saat
batuk membuka, sehingga benda asing keluar.
b)
Secara
reflektoris menutup saluran napas
pada saat menghirup udara yang tidak dikehendaki.
c)
Untuk
proses bicara.
d)
Trakea
dikelilingi tulang rawan berbentuk tapal kuda (otot polos dan bergaris)
sehingga bisa mengembang dan menyempit. Trakea bercabang menjadi 2 bronkus utama.
4)
Bronkus
Merupakan percabangan trakea, terdiri dari bronkus
kanan dan kiri. Antara percabangan ini terdapat karina yang memiliki banyak
saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme
dan batuk yang kuat jika dirangsang. Bronkus
kiri dan kanan tak simetris. Yang kanan lebih pendek, lebih lebar dan arahnya
hampir vertikal. Yang kiri lebih panjang dan lebih sempit dengan sudut lebih
tajam. Bronkus ini kemudian bercabang
menjadi bronkus lobaris, bronkus segmentasi, bronkus terminalis, asinus
yang terdiri dari bronkus respiratorius yang
terkadang mengandung alveoli, duktus
alveolaris dan sakus alveolaris
terminalis.
5) Paru Terdiri dari paru kanan dan kiri
yang kanan terdiri dari 3 lobus, kiri 2 lobus. Dibungkus oleh selaput yang
disebut pleura viseralis sebelah
dalam dan pleura parietalis sebelah
luar yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat cavum interpleura yang berisi cairan. Di
dalam saluran napas selain terdapat lendir,
juga bulu-bulu getar/ silia yang berguna untuk menggerakkan lendir dan
kotoran ke atas.
a.
Pernapasan Eksterna
Fungsi
paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon
dioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna,
oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, oksigen masuk
melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan
darah di dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler,
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh
hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di
dalam arteri ke semua bagian tubuh.
Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya
95 persen jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida adalah salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke
alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial
dan trakhea, dinafaskan keluar
melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan
pernafasan pulmoner atau pernafasan
eksternal :
1) Ventilasi pulmoner,
atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
2) Arus
darah melalui paru-paru.
3)
Distribusi arus udara
dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat mencapai
semua bagian tubuh.
4)
Difusi gas yang
menembusi membran pemisah alveoli dan
kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen. (Evelyn C. Pearce, 2000)
5)
Semua proses ini
diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah
tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah datang di paru-paru
membawa terlalu banyak CO2 dan
terlampau sedikit O2. Jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka
konsentrasinya dalam arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan
dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan
ventilasi yang dengan demikian terjadi pengeluaran CO2 dan memungut lebih banyak O2. (Evelyn C. Pearce, 2000)
b.
Pernapasan
Jaringan atau Pernapasan Interna
Sementara
bagaimana oksigen digunakan oleh jaringan dan bagaimana karbon dioksida dibebaskan oleh jaringan disebut respirasi internal. Darah
yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan
oksigen (oksihemoglobin) mengitari
seluruh tubuh dan mencapai kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat. Sel
jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung dan darah menerima
sebagai gantinya hasil buangan oksidasi
yaitu karbondioksida. (Evelyn C. Pearce, 2000)
Perubahan- perubahan berikut terjadi
dalam komposisi udara dalam alveoli, yang disebabkan pernapasan eksterna dan
pernapasan interna atau penapasan jaringan.
1)
Udara (atmosfer) yang dihirup :
a) Nitrogen
: 79 %
b) Oksigen
: 20 %
c) Karbondioksida
: 0-0,4
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfer.
2)
Udara yang dihembuskan
a)
Nitrogen
: 79 %
b)
Oksigen
: 16 %
c)
Karbon
dioksida : 4-0,
Udara
yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu yang sama dengan badan
(20 persen panas badan hilang untuk pemanasan udara yang dikeluarkan). (Evelyn C. Pearce, 2000)
Daya
Muat Udara oleh Paru-paru Besarnya daya muat udara oleh paru-paru ialah 4.500
ml sampai 5.000 ml atau 4,5 sampai 5 liter udara. Hanya sebagian kecil dari
udara ini, kira-kira 1/10nya atau 500 ml adalah udara pasang surut (tidal air), yaitu yang dihirup masuk dan
dihembuskan ke luar pada pernapasan biasa dengan tenang. (Evelyn C. Pearce, 2000)
Kapasitas vital. Volume udara yang dapat
dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas dan pengeluaran napas
paling kuat, disebut kapasitas vital paru-paru. Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seorang laki-laki,
normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang
pada penyakit paru-paru , pada penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan pada kelemahan
otot pernapasan. (Evelyn C.
Pearce, 2000)
4.
Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit kuman masuk
ke dalam jaringan paru-paru melalui saluran pernapasan dari atas untuk mencapai
bronkiolus dankemudian alveolus sekitarnya. Kelainan yang tibul
berupa bercak konsolidasi yang
tersebar pada kedua paru-paru, lebih banyak pada bagain basal. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).
Secara hematogen maupun langsung (lewat penyebaran sel) mikroorganisme yang terdapat di dalam
paru dapat menyebar ke bronkus. Setelah terjadi fase peradangan lumen bronkus bersebukan sel radang
akut, terisi eksudat (nanah) dan sel epitel rusak. Bronkus dan sekitarnya penuh dengan netrofil (bagian leukosit
yang banyak pada saat awal peradangan dan bersifat fagositosis dan sedikit
eksudat fibrinosa. Bronkus rusak akan mengalami fibrosis dan pelebaran akibat tumpukan
nanah sehingga dapat timbul bronkiektasis.
Selain itu organisasi eksudat dapat terjadi karena absorpsi yang lambat. Eksudat
pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh, mengandung banyak kuman penyebab (streptokokus, virus dan lain-lain).
Selanjutnya eksudat berubah menjadi purulen, dan menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus. Sumbatan tersebut dapat
mengurangi asupan oksigen dari luar
sehingga penderita mengalami sesak nafas. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).
Terdapatnya peradangan pada bronkus dan paru juga akan mengakibatkan
peningkatan produksi mukosa dan
peningkatan gerakan silia pada lumen bronkus sehingga timbul peningkatan
refleks batuk. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).
Perjalanan patofisiologi di atas bisa berlangsung
sebaliknya yaitu didahului dulu dengan infeksi pada bronkus kemudian berkembang menjadi infeksi pada paru-paru. (Sujono
Riyadi & Sukarmin, 2009).
5. Manifestasi klinik
Bronkopneumonia
biasanya didahului oleh infeksi traktus
respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40˚C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
Anak sangat gelisah, dispnea,
pernapasan cepat dan dangkal disertai cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, merintih dan sianosis. Kadang-kadang disertai muntah
dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi
setelah beberapa hari mula–mula kering dan kemudian menjadi produktif. Hasil
pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah auskultasi yang terkena. Pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan
dan pada auskultasi mungkin hanya
terdengar ronki basah nyaring halus
atau sedang. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).
Bila sarang bronkopneumomonia manjadi satu mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi
terdengar mengeras. (Sujono
Riyadi & Sukarmin, 2009).
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut, mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti etelektasis, emfisema, atau komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotik secara tepat. (Ngastiyah, 2005).
Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut, mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti etelektasis, emfisema, atau komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotik secara tepat. (Ngastiyah, 2005).
7.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Menurut (Sujono Riyadi
& Sukarmin, 2009).
a.
Terapi
1)
Pemberian obat
antibiotik penisilin 50.000 U/Kg BB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-70
mg/Kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti
ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Pemberian
obat kombinasi bertujuan untuk menghilangkan penyebab infeksi yang kemungkinan
lebih dari 1 jenis juga untuk menghindari resistensi antibiotik.
2)
Koreksi gangguan asam
basa dengan pemberian oksigen dan cairan intravena,
biasanya diperlukan campuran glukusa 5 % dan Nacl 0,9 % dalam perbandingan 3:1
ditambah larutan Kcl 10 mEq/500ml/botol infus.
3) Karena sebagian besar pasien jatuh
kedalam asidosis metabilisme akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil
analisa gas darah arteri.
4) Pemberian makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik pada
penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak nafas.
5) Jika sekresi lendir berlebihan dapat
diberiakan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transport
mukosilier seperti pemberian terapi nebulizer
dengan flexotid dan ventolin. Selain bertujuan mempermudah
mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen bronkus.
b. Tindakan medis yang bertujuan untuk
pengobatan
1)
Pemeriksaan
darah menunjukan leukositosis dengan predomainan atau dapat ditemukan leukoponenia yang menandakan prognosis buruk, dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
2)
Pemeriksaan
radiologis member gambaran bervariasi :
a)
Bercak konsolidasi merata pada bronkopnemonia
b)
Bercak komsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris.
c)
Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrat pada pneumonia stafilokokus.
3) Pemeriksaan
cairan pleura
4) Pemeriksaan mikrobiologi
8. Konsep Tumbuh Kembang
Anak
Anak
memiliki suatu ciri yang khas yaitu yang selalu tumbuh dan berkembang sejak
saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal inilah yang membedakan anak dari orang dewasa. Jadi
anak tidak bisa diidentikkan dengan dewasa dalam bentuk kecil.
Ilmu
Pertumbuhan (Growth) dan Perkembangan
(Development) merupakan dasar Ilmu
Tumbuh Kembang oleh karena meskipun merupakan proses yang berbeda, keduanya
tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan satu sama lain.
Pertumbuhan (growth) merupakan masalah perubahan
dalam ukuran besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang
(centi meter, meter). Perkembangan (development)
merupakan bertambahnya kemampuan (skill/ keterampilan) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. (Sujono Riyadi
dan Sukarmin, 2009).
a. Berat
badan
Untuk usia 0-6 bulan pertumbuhan berat
badan akan mengalami pertambahan setiap minggu sekitar140-200 gram dan berat
badannya akan menjadi dua kali lipat berat badan lahir pada akhir bulan ke-6.
Sedangkan pada usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap minggu sekitar 25-40
gram danpada akhir bulan ke-12 akan terjadi penambahan tiga kali lipat berat
badan lahir.
b. Tinggi
badan
Pada usia 0-6 bulan bayi akan mengalami
penambahan tinggi badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Pada usia 6-12 bulan
mengalami penambahan tinggi badan hanya sekitar 1,25 cm setiap bulannya. Pada
akhir tahun pertama akan meningkat kira-kira 50% dari tinggi badan waktu lahir.
c. Lingkar
kepala
Pertumbuhan pada lingkar kepala ini
terjadi dengan sangat cepat sekitar 6 bulan pertama, yaitu dari 35-43 cm. pada
usia-usia selanjutnya pertumbuhan lingkar kepala mengalami perlambatan. Pada
usia 1 tahun hanya mengalami pertumbuhan kurang lebih 46,5 cm.
d.
Perkembangan motorik
kasar
1) Pada
usia 0-28 hari diawali dengan gerakan seimbang pada tubuh dan mulai mengangkat
kepala.
2) Pada
usia 1-4 bulan dimulai dengan kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap,
mencoba duduk sebentar dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak,jatuh
terduduk di pangkuan ketika di sokong pada posisi berdiri, kontrol kepala
sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari
terlentang ke miring, posisi lengan dan tungai kurang fleksi, dan berusaha untuk merangkak.
3) Usia
4-8 bulan dapat dilihat pada perubahan dalam aktivitas, seperti posisi
telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat kepala dengan melakukan gerakan
menekan kedua tangannya. pada bulan ke-4
sudah mampu memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri; duduk dengan kepala tegak;
membalikan badan; bangkit dengan kepala tegak; menumpu beban pada kaki dengan
lengan berayun ke depan dan ke belakang; berguling dari terlentang ke
tengkurap; serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat.
4) Pada
usia 8-12 bulan di awali dengan duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan,
bangkit lalu berdiri, berdiri 2 detik, dan berdiri sendiri.
5)
Usia
1-2 tahun anak sudah mampu melangkah dan berjalan dengan tegak. Sekitar usia 18
bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang. Pada akhir
tahun ke-2 sudah mampu berlari-lari kecil, menendang bola, dan mulai mencoba
melompat.
e. Perkembangan
motorik halus
1) Pada
usia 0-28 hari di mulai dengan adanya kemampuan untuk mengikuti garis tengah
bila kita memberikan respon terhadap gerakan jari atau tangan.
2) Pada
usia 1-4 perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan
hal-hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi,
mencoba memegang dan memasukan benda ke dalam mulut, memegang benda tapi
terlepas, memerhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan,
serta menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar.
3) Pada
usia 4-8 bulan sudah mengamati benda, menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
untuk memegang mengeksplorasi benda yang sedang di pegang, mengambil objek
dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara
simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, serta memindahkan
objek dari satu tangan ketang lain.
4) Usia
8-12 bulan mencari atau meraih benda kecil; bila di beri kubus mampu
memindahkan, mengambil, memegang dengan telunjuk dan ibu jari, membenturkannya,
serta meletakan benda atau kubus ke tempatnya.
5) Anak
usia 1-2 tahun pada usia ini dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam
mencoba menyususn atau membuat menara kubus (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).
f. Perkembangan
bahasa
1) Pada
usia 0-28 hari dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan bersuara (menangis)
dan bereaksi terhadap suara atau bel.
2) Pada
usia 1-4 ditandai dengan adanya kemampuan bersuara dan tersenyum, mengucapkan
huruf hidup, berceloteh, mengucapkan kata “ooh/ ahh”, tertawa dan berteriak,
menguceh spontan, serta bereaksi dengan mengoceh.
3) Pada
usia 4-8 bulan dapat menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh ke arah suara atau
sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, serta
menggunakan kata yang terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi
vokal yang bersamaan seperti “ba-ba”.
4) Usia
8-12 bulan mampu mengucapkan kata “papa” dan “mama” yang belum spesifik,
mengoceh hingga mengatakannya secara spesifik, serta dapat mengucapkan 1-2
kata.
5) Usia
1-2 tahun anak mampu memiliki sepuluh perbendaharaan kata; tingginya kemampuan
meniru, mengenal, dan responsif terhadap orang lain; mampu menunjukan dua
gambar; mampu mengombinasikan kata-kata; serta mulai mampu menunjukkan lambaian
anggota badan.
g. Perkembangan
prilaku/ adaptasi sosial
1)
Pada
usia 0-28 hari dapat ditunjukan dengan adanya tanda-tanda tesenyumdan mulai menatap
muka atau mengenali seseorang.
2)
Pada
usia 1-4 bulan dapat diawali dengan kemampuan mengamati tangannya; tersenyum
spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum; mengenal ibunya dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak; tersenyum pada wajah manusiaa;
waktu tidur dalam sehari lebih sedikit daripada waktu terjaga; membentuk siklus
tidur bangun; menangis bila terjadi sesuatu yang aneh; membedakan wajah-wajah
yang dikenal dan tidak dikenal; senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya; serta
terdiam bila ada orang yang tak dikenal (asing).
3)
Pada
usia 4-8 bulan anak merasa takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing,
mulai bermain dengan mainan, mudah frustasi serta memukul-mukul lengan dan kaki
jika sedang kesal.
4)
Usia
8-12 bulan dimulai dengan kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan,
sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang, bermain bola atau
lainnya dengan orang lain.
6) Usia 1-2 tahun anak ditunjukkan dengan
adanya kemampuan membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok
gigi, serta mencoba mengenakan baju sendiri. (A. Aziz Alimul
Hidayat, 2008).
B.
Konsep
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Keperawatan
Dalam
memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien.
Pengkajian Bronchopneuonia menurut Sujono
Riyadi & Sukarmin, (2009) adalah sebagai berikut.
a. Identitas
klien : nama klien, tempat lahir, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, pendidikan.
b.
Riwayat
pola makan :frekuensi makan, jenis makan, makanan yang disenangi.
c.
Pengkajian
antopometri : lingkar lengan atas (LLA), lingkar kepala, leingkar dada, berat
badan (BB), tinggi badan (TB), lipatan kulit.
d.
Monitor
hasil laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit, laju endap darah (LED),
serum protein (albumin dan globulin) dan hormon pertumbuhan.
e. Timbang
berat badan
f. Kaji
tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan.
g. Pola
persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Data yang muncul sering orang tua berpersepsi meskipun anaknya batuk
masih menggap belum terjadi gangguan serius, bila asanya orang tua menganggap
benar-benar sakit apa bila anak sudah mengalami sesak nafas.
h. Pola
metabolik nutrisi
Anak dengan
bronkopneumonia sering muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui kontrol
saraf pusat), mual dan muntah (karena peningkatan rangsangan gaster sebagai
dampak peningkatan toksik mikroorganisme).
i.
Pola eliminasi
Penderita sering
mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam.
j.
Pola tidur-istirahat
data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena sesak
nafas. Penampilan anak
terlihat lemah, sering menguap, mata merah, anak juga sering menangis pada
malam hari karena ketidaknyamanan tersebut.
k. Pola
aktifitas-latihan
Anak tampak menurun
aktifitas dan latihannya sebagai dampak kelemahan fisik. Anak tampak lebih
banyak minta digendong orang tuanya atau bedres.
l.
Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif
untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan
asupan nutrisi dan oksigen pada otak.
Pada saat dirawat
anak tampak bingung kalau ditanya tentang hal-hal baru disampaikan.
m. Pola
persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat, tidak suka
bermain, ketakutan terhadap orang lain meningkat.
n. Pola
peran-hubungan
Anak tampak malas
kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya maupuan yang lebih besar, anak
lebih banyak diam dan selalu bersama dengan orang terdekat orangtua).
o.
Pola seksualitas-reproduktif
Pada kondisi sakit dan anak kecil masih
sulit terkaji. Pada anak yang sudah mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan yang menstruasi pada wanita
terapi bersifat sementara dan biasanya penundaan.
p.
Pola toleransi stress-koping
Aktifitas
yang sering tampak saat menghadapi stress adalah anak sering menangis, kalau
sudah remaja saat sakit yang domain adalah mudah tersinggung dan suka marah.
q.
Pola nilai-keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring
dengan kebutuhan untuk mendapat sumber kesembuhan dari Tuhan.
r.
Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan
darah menunjukan leukositosis dengan predomainan atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis buruk, dapat ditemukan anemia
ringan atau sedang.
2) Pemeriksaan radiologis member gambaran bervariasi :
a)
Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia.
b) Bercak konsolidasi satu lobus
pada pneumonia lobaris.
c)
Gambaran bronkopneumonia difus
atau infiltrat pada pneumonia
stafilokokus.
3)
Pemeriksaan cairan
pleura.
4)
Pemeriksaan mikrobiologi, dapat dibiak dari spesimen
usap tenggorok, sekresi nasofaring,
bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi pleura
atau aspirasi paru. (Arif Mansjor,
2000).
2.
Diagnosa
Keperawatan
Setelah data terkumpul langkah
berikutnya adalah menganalisa data, sehingga diperoleh diagnosa keperawatan
yang artinya adalah masalah kesehatan aktual atau potensial. Terjadi masalah
kesehatan (pada seseorang, kelompok, atau keluarga) yang dapat ditangani oleh
perawat untuk menentukan tindakan perawat yang untuk mencegah, menanggulangi,
atau mengurangi masalah tersebut. (Menurut Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).
Diagnosa yang ditemukan pada
penyakit bronkopneumonia antara
lainya yaitu;
a.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1) Pernapasan cepat dan dangkal (RR
mungkin >35 kali/menit)
2) Bunyi nafas ronkhi basah, terdapat retraksi dada dan penggunaan otot bantu
pernapasan
3)
Pasien mengeluh sesak
nafas.
4) Batuk biasanya produktif dengan
produksi sputum yang cukup banyak.
b.
Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1)
Dispnea,
sianosis
2)
Takipne
dan takikardi
3) Gelisah
atau perubahan mental
4) Kelemahan
fisik
5) Dapat
juga terjadi penurunan kesadaran
6) Nilai AGD menujukan peningkatan PCO² (normal PCO² 35-45 mmHg),
sedangkan pada kondisi asidosis dapat
menjadi 70 mmHg dan penurunan PH (normal PH 7,35-7-45, kalau asidosis
7,25 mmhg ).
c.
Nyeri
dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
Kemungkinan
dibuktikan oleh:
1) Pasien
mengeluh dadanya sakit.
2) Pasien
terlihat meringis kesakitan.
3)
Terlihat
gerakkan dada terbatas saat bernafas
4) Perilaku
distraksi, gelisah.
5)
Tampak
perilaku seperti meringis kesakitan, menangis, rewel.
d.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan : ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan
dengan gangguan pola tidur.
Kemungkinan dibuktikan
oleh:
1)
Laporan
verbal kelemahan kelelahan, keletihan.
2)
Pasien
tampak lemah, saat dicoba untuk bangun pasien mengeluh tidak kuat.
3)
Nadi
teraba lemah dan cepat dengan frekuensi >100 kali permenit.
e.
Kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi.
Kemungkinan dibuktikan
oleh:
1) Pasien
mengeluh lemah
2)
Berat
badan anak mengalami penurunan.
3) Kulit
tidak kencang.
4)
Nilai
laboratorium Hb kurang dari 9 gr/dl (normal usia 1 tahun keatas 9-14 gr/dl.
f.
Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan toksemia.
Kemungkinan dibuktikan
dengan data:
1) Pasien
tampak merah wajahnya
2) Suhu
tubuh sama dengan atau lebih 37,5˚C
3) Pasien
menggigil
4)
Nadi
naik (diatas 100 kali permenit).
3.
Intervensi
Keperawatan
Tahap selanjutnya yaitu perencanaan yang
meliputi perkembangan strategi sasaran untuk mencegah, mengurangi atau
mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap
ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menentukan rencana
dokumentasi.
a. DX 1: Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
1)
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas
teratasi.
2)
Kriteria
hasil : Pernapasan normal, bunyi nafas normal, klien tidak sesak, tidak ada sputum.
3) Intervensi
keperawatan :
a) Kaji frekuensi atau kedalaman
pernadasan dan gerakan dada.
Rasional:
takipnea, pernafasan dangkal dan
gerakan dada tak simetris terjadi karena peningkatan tekanan dalam paru dan
penympitan bronkus. Semakin
sempit dan tinggi semakin meningkat frekuensi pernapasannya.
b)
Auskultasi
area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara.
Rasional: suara mengi mengindikasikan terdapatnya penyempitan bronkus oleh sputum. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, krekles terjadi pada area paru yang
banyak cairan eksudatnya.
c)
Bantu
pasien latihan nafas dan batuk secara efektif.
Rasional: nafas dalam memudahkan ekspansi
maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk secara efektif
mempermudah pengeluaran dahak dan mengurangi tingkat kelelahan akibat batuk.
d) Section
secara indikasi.
Rasional: mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan nafas.
e) Lakukan
fisioterapi dada.
Rasional: merangsang gerakan mekanik lewat vibrasi dinding dada supaya sputum
mudah bergerak keluar.
f)
Berikan
cairan sedikitnya 1000 ml/hari (kecuali kontra indikasi), tawarkan air hangat
dari pada dingin.
Rasional: meningkatkan hidrasi sputum,
air hangat mengurangi tingkat kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan.
4)
Kolaborasi
a)Terapi obat-obatan bronkodilator dan mukolitik melalui
inhalasi. Contoh
pemberian obat ventolin dan bisolvon.
Rasional:
memudahkan pengenceran, dan pembuangan secret dengan cepat.
b)
Berikan
obat bronkodialtor, ekspetoran, dan mukolitik secara oral.
Rasional:
mengurangi spasma bronkus, memudahkan pengenceran, dan
pembuangan secret melalui silia mucus pada saluran pernafasan.
c)Berikan cairan tambahan misalnya cairan intravena
Rasional: cairan diperlukan untuk
menggantikan kehilangan, memobilisasikan
secret.
d) Awasi
seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri.
Rasional: mengevaluasi kemajuan dan efek
proses penyakit dan memudahkan pilihan terapi yang diperlukan.
e)Kolaborasi
pemberian antibiotik.
Rasional: membunuh mikroorganisme penyebab, sehingga bisa
mengurangi peningkatan produk sputum yang merupakan sebagai akibat timbulnya
peradangan.
b.
DX
2: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.
1)
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan kerusakan pertukaran
gas teratasi.
2)
Kriteria
hasil : Tidak terjadi dispnea, tidak sianosis, kesadaran compos mentis, nilai AGD dalam
batas normal.
3) Intervensi
keperawatan :
a) Kaji
frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
Rasional: distress pernafasan yang dibuktikan
dengan dispnea dan takipnea sebagai indikasi penurunan
kemampuan menyediakan oksigen bagi
jaringan.
b) Observasi
warna kulit, catat adanya sianosis
pada kulit, kuku dan jaringan sental.
Rasional: sianosis kuku menunjukan vasokonstriksi, sedangkan sianosis daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut (membran hangat) menunjukan hipoksemia sistemik.
c) Kaji
status mental dan penurunan kesadaran.
Rasional: gelisah,
mudah tersinggung, bingung dan samnolen sebagai
petunjuk hipoksia atau penurunan oksigenasi serebral.
d) Awasi
frekuensi jantung atau irama.
Rasional: takikardia biasanya ada sebagai akibat
demam atau dehidrasi tetapi dapat
sebagai respon terhadap hipoksia.
e) Awasi
suhu tubuh.
Rasional: demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen
dan menggangu oksigenasi seluler.
f)
Kaji
tingkat ansietas sediakan waktu untuk berdiskusi dengan pasien atau susun
bersama jadwal pertemuan.
Rasional: ansietas adalah manifestasi masalah psikologi
sesuai respon fisiologi terhadap hipoksia.
4) Kolaborasi:
a) Berikan
terapi oksigen dengan benar
Rasional:
tujuan terapi oksigen adalah
mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg (normal PO2 80-100 mmHg), oksigen diberikan dengan metode yang
memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
b)
Pemantauan AGD (Analisa Gas Darah).
Rasional:
AGD yang menunjukan penurunan PO2 sebagai indikasi penurunan oksigen jaringan.
c.
DX
3: Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkrim paru.
1)
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dada hilang.
2)
Kriteria
hasil : Dada tidak sakit lagi, klien menunjukkan muka yang rileks, ekspresi
wajah santai.
3)
Intervensi keperawatan
:
a) Tentukan
karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk, selidiki perubahan
karakter, atau lokasi atau intensits nyeri.
Rasional: nyeri pneumonia mempunyai karakter nyeri dalam meningkat saat dibuat
inspirasi dan biasanya menetap.
b) Pantau
tanda vital
Rasional:
nyeri akan meningkat mediator
persyarafan yang dapat merangsang
vasokonstriksi pembuluh darah sistermik,
meningkatkan denyut jantung dan meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan.
c)
Berikan
tindakan distraksi, misalnya mendengarkan musik anak, menonton film tentang
anak.
Rasional: mengurangi fokus terhadap
nyeri dada sehingga dapat mengurangi keteganggan hingga nyeri.
d) Berikan
tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang,
relaksasi, atau latihan nafas.
Rasional: tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgetik.
4) Kolaborasi:
a)
Berikan
analgesik dan antitusif sesuai indikasi
Rasional: obat ini dapat digunakan
untuk menekan batuk non-produktif
atau proksimal atau menurunkan mukosa
berlebihan, meningkatkan kenyamanan atau istirahat umum.
d.
DX
4: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola
tidur.
1) Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan intoleransi aktivitas
teratasi.
2)
Kriteria
hasil : Klien tidak lemah, tidak letih, klien dapat melakukan aktivitas.
3) Intervensi
keperawatan :
a) Evaluasi
respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda
vital selama dan setelah aktifitas.
Rasional: menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien memudahkan pilihan
intervensi.
b)
Berikan
lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan
istirahat.
c) Jelaskan
pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat.
Rasional: tirah baring
dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
d)
Batu
pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan posisi tinggi, tidur dikursi atau
menunduk kedepan meja atau bantal.
e) Bantu aktivitas perawatan diri yang
diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas
selama fase penyembuhan.
Rasional: meminimalkan
kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
e.
DX
5: Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses infeksi.
1)
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi.
2)
Kriteria
hasil : Klien tidak lemah, berat badan klien bertambah, nilai Hb normal.
3) Intervensi
keperawatan :
a) Identifikasi
faktor yang menimbulkan mual atau muntah, misalnya sputum banyak, pengobatan aerosol,
dispnea berat, nyeri.
Rasional: sputum akan
merangsang nervus vagus sehingga
berakibat mual, dispnea dapat merangsang pusat pengaturan di medulla oblongata.
b)
Berikan
wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan atau bantu kebersihan mulut setelah muntah.
Rasional: setelah tindakan aerosol
dan drainase postural, dan sebelum
makan.
c) Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya
1 jam sebelum makan.
Rasional: menurunkan efek mual yang berhubungan dengan
pengobatan ini.
d)
Auskultasi
bunyi usus, Observasi atau palpasi distensi
abdomen.
Rasional: bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi berat atau
memanjang. Distensi abdomen terjadi
sebagai akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin bakteri pada
saluran gastrointestinal.
e) Berikan
makanan porsi kecil.
Rasional: tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali.
f) Evaluasi
status nutrisi umum.
Rasional: adanya
kondisi kronis seperti PPOM atau
alkoholisme atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respons terhadap
f.
DX
6: Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia.
1)
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan peningkatan suhu tubuh
teratsi.
2)
Kriteria
hasil : Suhu klien normal (36˚C-37˚C), klien tidak menggigil, nadi klien dalam
batas normal.
3) Intervensi
keperawatan :
a) Kaji suhu tubuh dan nadi setiap 4 jam.
Rasional:
untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien.
b)
Pantau warna kulit dan
suhu.
Rasional: sianosis menunjukan vasokostriksi
atau respon tubuh terhadap demam.
c)
Berikan dorongan untuk
minum sesuai perasaan.
Rasional:
peningkatan suhu tubuh menimbulkan peningkatan IWL, sehingga banyak cairan tubuh yang keluar dan harus diimbangi
pemasukan cairan.
d)
Lakukan tindakan
pendinginan sesuai kebutuhan, misalnya: kompres hangat.
Rasional: demam tinggi sangat meningkatakan kebutuhan
metabolik dan mengganggu oksigen
selulur.
4)
Kolaborasi:
a) Berikan antipiretik yang diresepkan
sesuai kebutuhan.
Rasional: mempercepat penurunan suhu
tubuh.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi
adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan atau direncanakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik (Iyer At All,1996).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dilaksanakan untuk mengajukan apakah tujuan yang ditetapakan dapat tercapai atau belum dengan kriteria hasil standar dari masing-masing masalah keperawatan yang penulis rumuskan dan rencanakan yang ditetapkan dapat diperoleh hasil sebagai berikut: masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian dan masalah sudah teratasi.
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dilaksanakan untuk mengajukan apakah tujuan yang ditetapakan dapat tercapai atau belum dengan kriteria hasil standar dari masing-masing masalah keperawatan yang penulis rumuskan dan rencanakan yang ditetapkan dapat diperoleh hasil sebagai berikut: masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian dan masalah sudah teratasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian
1.
Pengumpulan
Data
a.
Biodata
1)
Identitas
klien
Nama : An. A
Umur
:
2,2 tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :
Belum Sekolah
Alamat
:
Jl. Durian
Tanggal
Masuk : 31-07-2012
Tanggal
Pengkajian : 01-08-2012
Diagnosa
Medis : Bronchopneumonia
No.
Rekam Medis : 023464
2)
Identitas
orang tua
(a)
Ayah
Nama :
Tn. D
Umur :
31 Tahun
Pendidikan :
SMK
Pekerjaan
:
Swasta
Agama : Islam
Alamat :
Jl. Durian
(b) Ibu
Nama : Ny. I
Umur : 23 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :
Swasta
Agama :
Islam
Alamat :
Jl. Durian
2.
Riwayat
Kesehatan
a. Keluhan
utama
Ibu klien mengeluh anaknya batuk berlendir.
b. Riwayat
keluhan utama
Ibu klien mengatakan anaknya batuk karena
sering makan makanan ringan/ jajanan, batuk berlendir terutama saat menangis
dan gelisah, dan sesak di bagian dada, ibu klien mengatakan klien batuk sejak 1
bulan yang lalu.
c. Riwayat
kesehatan sekarang
Alasan masuk rumah sakit ibu klien
mengeluh anaknya batuk berlendir ± 1 bulan yang lalu, sesak nafas sejak
kemarin, ibu klien juga mengeluh anaknya gelisah dan menangis sejak 2 malam,
ibu klien mengatakan anaknya demam naik turun ± 1 minggu yang lalu dan mulai
kembali demam sejak semalam, selama sakit Ibu klien sempat membawa klien berobat
3 kali kedokter tetapi tetap tidak sembuh akhirnya Ibu klien membawa klien ke
Rumah Sakit dan diopname sampai sekarang.
d.
Riwayat kesehatan masa
lalu
1)
Perinatal
care
a)
Ibu klien mengatakan
selama hamil melakukan 6 kali pemeriksaan kehamilan.
b) Ibu
klien mengatakan tidak ada keluhan selama hamil.
c) Ibu
klien mengatakan selama hamil riwayat minum obat vitamin penambah darah.
d) Ibu
klien mengatakan kenaikan BB selama hamil naik 1 kg/bulan.
e) Ibu
klien mengatakan selama hamil telah diimunisasi TT 2 kali.
2)
Natal
a) Ibu
klien mengatakan tempat saat melahirkan klien di rumah.
b) Ibu
klien mengatakan bahwa persalinannya spontan dan normal.
c) Saat
melahirkan penolong persalinannya didampingi dukun.
3)
Post
natal
a) Ibu
klien mengatakan kondisi bayi saat bersalin sehat, dan BB bayi 3500 gram, ibu
klien mengatakan lupa berapa panjang badan anaknya saat lahir.
b) Ibu
klien mengatakan tidak ada masalah menyusui.
4) Ibu
klien mengatakan penyakit yang pernah dialami anaknya yaitu batuk, demam,
diare, dan sesak nafas.
5) Ibu
klien mengatakan anaknya sudah ke-empat kalinya dirawat di Rumah Sakit.
6) Ibu
klien mengatakan anaknya alergi batuk jika memakan makanan yang
berminyak/makanan ringan.
e.
Riwayat kesehatan
keluarga
1. Ibu
klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan anaknya.
2. Genogram tiga generasi
Generasi I
Generasi II
Generasi III
Keterangan :
: laki- laki
: perempuan
X :
meninggal
: klien/ pasien
: tinggal serumah
: garis keturunan
3.
Riwayat
Imunisasi
Tabel
1. Riwayat Imunisasi
No.
|
Jenis Imunisasi
|
Waktu Pemberian
|
Reaksi
Setelah Pemberian
|
1.
|
BCG
|
1
bulan
|
Muncul
seperti bisul pada bekas imunisasi.
|
2.
|
DPT (I,
II, III )
|
2,
4, 6 bulan dan 1,5 tahun
|
Demam
dan bengkak pada bekas imunisasi
|
3.
|
Polio (I,II,III,IV)
|
Setelah
lahir, 2, 4, dan 6 bulan
|
Tidak
ada reaksi demam dan lain-lain
|
4.
|
Campak
|
9
bulan
|
Demam
|
5.
|
Hepatitis
|
Setelah
lahir, 1 dan 6 bulan
|
Tidak
ada demam
|
4.
Riwayat
Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan
fisik : BB lahir 3500 gram
BB
sekarang 17 kg
b. Waktu
tumbuh gigi : 7 bulan
c. Perkembangan
tiap tahap
1.
Ibu klien mengatakan
pertama kali klien berguling pada usia 6 bulan.
2.
Ibu klien mengatakan
klien dapat duduk saat usia 8 bulan.
3.
Ibu klien mengatakan
klien dapat berdiri saat umur 1 tahun.
4.
Ibu klien mengatakan
klien dapat berjalan saat usia 1,3 tahun.
5.
Ibu klien mengatakan
pertama kali klien senyum pada orang lain saat usia 3
tahun.
6.
Ibu klien mengatakan
pertama kali bicara saat umur 9 bulan.
5.
Riwayat
Nurisi
a. Pemberian
Asi
1)
Ibu klien mengatakan
klien di beri ASI sejak lahir.
2)
Ibu klien mengatakan
pemberian ASI pada anaknya setiap kali menangis.
3)
Ibu klien mengatakan
lama pemberian ASI kepada klien pada usia 1,2 tahun.
b. Pemberian
susu formula :
1)
Ibu klien mengatakan
alasan pemberian susu formula pada anaknya karena sudah tidak keluar ASI.
2)
Ibu klien mengatakan
sudah 1 tahun anaknya diberikan susu formula.
3)
Ibu klien mengatakan
pemberian susu formula dengan menggunakan Dot.
c. Pemberian
makanan tambahan
1)
Ibu klien mengatakan
pertama kali diberi makanan tambahan sejak umur 4 bulan.
2)
Ibu klien mengatakan
hanya memberikan jenis bubur tim yang dibuat sendiri dan diberi pisang ambon.
d. Pola
perubahan Nutrisi tiap tahap usia sampai Nutrisi saat ini.
Tabel 2. Pola
Perubahan Nutrisi Tiap Tahap Usia
No
|
Usia
|
Jenis Nutrisi
|
Lama
Pemberian
|
1.
2.
3.
|
0 - 4 Bulan
4 – 12 Bulan
Saat ini
|
ASI
Bubur
tim, Pisang & ASI
Nasi
& Susu formula
|
1,2
tahun
1,2
tahun
Sampai
sekarang
|
6.
Riwayat
Psikososial
a. Ibu
klien menyatakan anaknya tinggal serumah dengan orang tuanya dirumah sendiri.
b. Ibu
klien mengatakan lingkungan rumahnya berada di kota.
c. Ibu
klien mengatakan hubungan antar anggota keluarga harmonis.
d. Ibu
klien mengatakan pengasuh anaknya yaitu orang tuanya dan neneknya.
7. Aktivitas Sehari –
Hari
Tabel 3.
Aktifitas Sehari- Hari
Aktivitas
|
Sebelum Sakit
|
Saat Sakit
|
a.
Nutrisi
-
Selera makan
-
Menu makan
-
Frekuensi makan
-
Makanan pantangan
-
Pembatasan pola makan
-
Cara makan
-
Ritual saat makan
b.
Cairan
-
Jenis minuman
-
Frekuensi minum
c. Eliminasi
(BAB/ BAK)
-
Tempat pembuangan BAK
-
Frekuensi BAK
-
Kesulitan BAK
-
Warna urin
-
Tempat pembuangan BAB
-
Frekuensi BAB
-
Konsistensi
-
Kesulitan BAB
-
Obat pencahar
d. Istirahat
Tidur
-
Jam tidur siang
-
Jam tidur malam
-
Pola tidur
-
Kebiasaan sebelum tidur
-
Kesulitan tidur
e. Personal Hygiene
-
Mandi
-
Cara mandi
-
Frekuensi
-
Alat mandi
-
Cuci rambut
-
Frekuensi
-
Cara
-
Gunting kuku
-
Frekuensi
-
Cara
-
Gosok gigi
-
Frekuensi
-
Cara
f. Aktivitas
Mobilitas Fisik
-
Kegiatan sehari-hari
-
Penggunaan alat bantu
-
Kesulitan pergerakan tubuh
|
-
Baik
-
Bevariasi
-
2-3x/ hari
-
Tidak ada
-
Tidak ada
-
Disuap
-
Tidak ada
-
Susu formula, air putih
-
4-5x/ hari
-
Popok
-
± 5x/ hari
-
Tidak ada
-
Kuning
-
Popok
-
1x/ hari
-
Lembek
-
Tidak ada
-
Tidak ada
-
08:00 - 12:00
-
20:00 – pagi
-
Tidak ada
-
Minum susu
-
Tidak ada
-
Ibu klien mengatakan dibantu mandikan
-
2x/ hari
-
Sabun, handuk
-
2x/ hari
-
Pakai sampo
-
1x/ minggu
-
Pakai gunting kuku
-
Belum pernah
-
Belum pernah
-
Bermain
-
Tidak ada
-
Tidak ada
|
-
Baik
-
Nasi, bubur, telur
-
3x/ hari
-
Makanan/ minuman ringan
-
Tidak ada
-
Disuap
-
Tidak ada
-
Susu formula, air putih
-
>4 x/ hari
-
Popok
-
± 6x/ hari
-
Tidak ada
-
Kuning
-
Popok
-
>3x/ hari
-
Lembek
-
Tidak ada
-
Tidak ada
-
08:00 - 12:00
-
20:00 – pagi
-
Tidak ada
-
Minum susu
-
Tidak ada
-
Ibu klien mengatakan belum pernah
-
Belum pernah
-
Belum pernah
-
Belum pernah
-
Belum pernah
-
Belum pernah
-
Belum pernah
-
Belum pernah
-
Belum pernah
-
Baring
-
Tidak ada
-
Tidak ada
|
8.
Pemeriksaan
Fisik
a. Keadaan
umum klien: klien tampak lemah
b. Tanda-
tanda vital: suhu: 37o C, nadi: 120x/ menit, RR: 40x/ menit.
c. Antropometri:
1) Berat
badan: 17 kg
2) Lingkar
lengan atas: 20 cm
3) Lingkar
kepala: 50 cm
4) Lingkar
dada: 59 cm
5) Lingkar
perut: 61 cm
6) Skin fold:
tidak ada lipatan kulit
d. Sistem
Pernafasan :
Hidung: simetris, tidak ada pernapasan
cuping hidung, tidak ada secret atau polip, mukosa lembab, tidak ada edema,
tidak ada lesi, tidak ada perdarahan atau deformitas, Leher tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid, ataupun
tumor, bentuk dada normal simetris, tidak ada deformitas, pergerakan dada menggunakan otot pernapasan, suara
napas ronchi basah, tidak ada clubbing
finger, dan klien tampak batuk dan gelisah, frekuensi pernapasan 40x/
menit, irama napas tidak teratur, pernapasan cepat dan dangkal klien tampak
kesulitan bernapas.
e. Sistem
Kardiovaskular :
Konjungtiva
tampak berwarna merah muda atau tidak anemis, bibir tampak kering, kurang
bersih, dan mengelupas, tidak ada tekanan dan peningkatan vena jugularis ( JVP)
, CRT cepat (kembali ≤ 3 detik),
bunyi jantung lup-dup (S1-S2), tidak ada bunyi jantung tambahan.
f. Sistem
Pencernaan :
Sklera tidak ikterus, bibir kering kurang bersih, dan mengelupas, klien mampu
menelan dan mengunyah, klien juga mampu menggerakan lidahnya, gaster tidak kembung, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada asites, dan ada gerakan peristaltik
(+), feases lembek, anus normal, kondisi anus tidak ada lecet maupun hemoroid.
g. Sistem
Pengindraan :
Kelopak mata normal, distribusi bulu
mata lebat dan merata, lipatan epikantus
sejajar dengan ujung atas telinga, reflex berkedip (+), tidak ada trauma maupun
perdarahan pada hidung atau deformitas, tidak ada secret maupun pembengkakan
pada hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung. Klien tampak mendengar dengan
jelas, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen, keadaan daun telinga utuh.
h. Status
Mental :
Saat klien diajak bicara oleh ibu dan
nenek klien mengerti, klien dapat mengingat nenek klien dan keluarganya,
terkadang klien bila diajak bicara tidak mau menjawab, bentuk ekstremitas
simetris, ada sensasi tajam, halus, panas, dan dingin, tidak ada pembengkakan,
tidak ada kaku kuduk.
i.
Kesadaran (GCS) : 15 Compos Mentis, E (4), M (6), V (5).
j.
Sistem Muskuloskeletal
:
Bentuk kepala simetris dan normal ( mesosephal ) pergerakan kepala normal/
bebas, tidak ada pembengkakan, maupun kekakuan, gerakan lutut normal/ bebas,
gerakan kaki baik/ bebas, tidak ada pembengkakan dan kaku, kemampuan berjalan
baik, klien baring dan terpasang infus, bentuk tangan simetris, gerakan normal/
bebas, tidak ada pembengkakan.
k. Rambut
:
Distribusi rambut merata, lembab, halus,
dan bersih,warna kulit putih, temperatur hangat, kulit lembab, bulu kulit tidak
tampak jelas, tidak ada ruam, tekstur halus, kuku warna merah muda, panjang dan
kurang bersih.
l.
Sistem Endokrin :
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada eksresi urin
berlebih, tidak ada polidipsi dan polipagi, suhu tubuh seimbang, tidak ada
keringat berlebih, tidak ada riwayat air seni di kelilingi semut.
m. Sistem
Perkemihan :
Tidak ada edema palpebra, tidak ada moon face, tidak ada peningkatan tekanan
kandung kemih.
n. Sistem Reproduksi :
Payudara klien belum
tampak membesar.
o. Sistem
Immun:
Ibu klien mengatakan
anaknya akan batuk-batuk jika memakan makanan berminyak dan makanan ringan.
p. Test
Diagnostik/ Pemeriksaan Penunjang:
Hasil laboratorium
pada tanggal 31 Juli 2012 Pukul 21 : 10
Tabel 4. Hasil
Laboraratorium
Jenis
|
Hasil
|
Nilai Normal
|
Satuan
|
WBC ( lekosit )
RBC ( erytrosit )
HGB ( hemoglobin )
HCT ( hematokrit )
MCV
MCH
MCHC
PLT
|
11,8
4,35
11,5
32,9
75,6
26,4
35,0
382
|
6,0-14
3,8-5,4
10,0-14,0
32-42
72-88
24-30
-
150-400
|
x
103/ ml
x
106/ ml
g/
dl
%
Fl
Pg
g/
dl
x
103/ ml
|
q. Terapi
Saat Ini:
IVFD KAEN
3B 20 Tetes/ Menit
Ceftriaxone 750
Mg/ Iv/ 12 Jam
Dexamethazone 5
Mg/ Iv/ 12 Jam
Pharacetamol Syrup
3x11/2
Nebulizer
dengan Combivent/ 8 Jam
Puyer
Batuk 3x1 Bungkus
2. Klasifikasi Data
a. Data
Subyektif
1) Ibu
klien mengeluh anaknya batuk berlendir
2) Ibu
klien mengatakan anaknya sesak napas
3) Ibu
klien mengeluh anaknya gelisah dan menangis terus
4) Ibu
klien mengatakan selama sakit anaknya belum pernah mandi, cuci rambut dan
menggunting kuku.
b. Data
Obyektif
1) Klien
tampak lemah
2) Klien
tampak batuk
3) Suara
napas tambahan ronchi basah
4) Pergerakan
dada menggunakan otot pernapasan
5) Frekuensi
pernapasan 40x/ menit
6) Irama
napas tidak teratur
7) Pernapasan
cepat dan dangkal
8) Klien
tampak kesulitan bernapas.
9) Klien
tampak gelisah
10)
Bibir tampak kering,
kurang bersih, dan mengelupas
11) Kuku
tampak panjang dan kurang bersih.
3.
Analisa
Data
Tabel
5. Analisa Data
No.
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
DS:
-
Ibu klien mengeluh
anaknya batuk berlendir
DO:
-
Klien tampak batuk
-
Suara napas tambahan
ronchi basah
|
Bakteri
Masuk melalui
saluran pernapasan atas
Kuman berlebih di
bronkus
Akumulasi secret di
Bronkus
Penumpukan
secret di Bronkus
Bersihan Jalan Nafas
tidak efektif
|
Bersihan
jalan nafas tidak efektif
|
2.
No.
|
DS:
-
Ibu klien mengatakan
anaknya sesak napas
-
Ibu klien mengeluh
anaknya gelisah dan menangis terus
DO:
-
Pergerakan dada
menggunakan otot pernapasan
-
Frekuensi pernapasan
40x/ menit
-
Irama napas tidak
teratur
-
Pernapasan cepat dan
dangkal
-
Klien tampak
kesulitan bernapas.
-
Klien tampak gelisah
Data
|
Proses peradangan/
inflamasi
Peningkatan
produksi secret di Bronkus
Penumpukan
secret di Bronkus
Obstruksi
bronchial
Pola nafas tidak
efektif
Etiologi
|
Pola
nafas tidak efektif
Masalah
|
3.
|
DS:
-
Ibu klien mengatakan
selama sakit anaknya belum pernah mandi, cuci rambut dan menggunting kuku.
DO:
-
Klien tampak lemah
-
Bibir tampak kering,
mulut kurang bersih, dan mengelupas
-
Kuku tampak panjang
dan kurang bersih.
|
Akibat proses
inflamasi/ peradangan
Kelemahan fisik
Ketidakmampuan
melakukan perawatan diri
Kurangnya perawatan
diri/ kebersihan diri (personal hygiene)
|
Kurangnya
perawatan diri (personal hygiene)
|
B.
Diagnosa
Keperawatan
1. Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
Ditandai
dengan:
DS
:
-
Ibu klien mengeluh
anaknya batuk
DO :
-
Klien tampak batuk
-
Suara napas ronchi
basah
2. Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi Bronchial
Ditandai
dengan:
DS
:
-
Ibu klien mengatakan
anaknya sesak napas
-
Ibu klien mengeluh
anaknya gelisah dan menangis terus
DO :
-
Pergerakan dada
menggunakan otot pernapasan
-
Frekuensi pernapasan
40x/ menit
-
Irama napas tidak
teratur
-
Pernapasan cepat dan dangkal
-
Klien tampak kesulitan
bernapas.
-
Klien tampak gelisah
3.
Kurangnya perawatan
diri (Personal Hyegiene) berhubungan
dengan kelemahan fisik.
Ditandai
dengan:
DS
:
-
Ibu klien mengatakan
selama sakit anaknya belum pernah mandi, cuci rambut dan menggunting kuku.
DO
:
-
Klien tampak lemah
-
Bibir tampak kering,
mulut kurang bersih, dan mengelupas
-
Kuku tampak panjang
dan kurang bersih.
C.
Intervensi
Keperawatan
Tabel 6. Intervensi
Keperawatan
No.
|
Diagnosa
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
Ditandai
dengan:
-
Ibu klien mengeluh
anaknya batuk
-
Klien tampak batuk
-
Suara napas ronchi
basah
|
Tujuan:
-
Bersihan jalan napas
kembali efektif/ teratasi
Kriteria Hasil:
-
Batuk berkurang atau
hilang.
-
Suara napas kembali
normal.
-
Tidak ada sekret.
|
1.
Kaji frekuensi atau
kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
2.
Auskultasi area paru
catat adanya suara napas tambahan.
3.
Bantu klien mengeluarkan
dahak/ sputum dengan pijatan ringan setiap kali batuk.
4.
Berikan klien susu
dengan menggunakan air hangat dari pada air dingin.
5.
Berikan obat
antibiotik.
6.
Siapkan untuk
pemberian humidifikasi misalnya Nebulizer.
7.
Berikan obat
bronkodilator.
|
1.
Semakin sempit dan
tingg bronkus semakin meningkat frekuensi pernapasan.
2.
Suara napas yang
disebabkan oleh sputum dapat menyebabkan obstruksi.
3.
Sputum yang keluar
dapat membantu jalan napas kembali normal.
4.
Air hangat
mengurangi tingkat kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan.
5.
Membunuh
mikroorganisme penyebab, sehingga bisa mengurangi peningkatan produksi
sputum, yang merupakan sebagai akibat timbulnya peradangan.
6.
Memberikan
kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran secret untuk
memudahkan pembersihan.
7.
Memudahkan
pengenceran dan pembuangan sekret dengan cepat.
|
2.
|
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
Bronchial
Ditandai dengan:
-
Ibu klien mengatakan
anaknya sesak napas
-
Ibu klien mengeluh
anaknya gelisah dan menangis terus
-
Pergerakan dada
menggunakan otot pernapasan
-
Frekuensi pernapasan
40x/ menit
-
Irama napas tidak
teratur
-
Pernapasan cepat dan
dangkal
-
Klien tampak
kesulitan bernapas.
-
Klien tampak gelisah
|
Tujuan:
-
Pola napas kembali
efektif/ normal.
Kriteria Hasil:
-
Tidak menggunakan
otot bantu pernapasan
-
Frekuensi pernapasan
kembali normal
-
Irama napas teratur
dan
-
Pernapasan normal
-
Klien tampak
tenang.
|
1.
Kaji status,
frekuensi, dan kedalaman pernapasan, catat adanya gerakan otot pernapasan.
2.
Auskultasi bunyi
napas dan catat adanya bunyi napas abnormal.
3.
Tinggikan kepala di
atas tepat tidur dan bantu klien mengubah posisi.
4.
Bantu klien untuk
mengatasi ketakutan/ kecemasan klien dengan menenangkan klien.
|
1.
Kecepatan biasanya
mencapai kedalaman pernapasan.
2.
Bunyi napas yang
menurun biasanya terjadi obstruksi.
3.
Memudahkan
pernapasan klien.
4.
Rasa takut dan cemas
dapat memicu tingkat pernapasan.
|
3.
|
Kurangnya perawatan diri (Personal Hyegiene) berhubungan dengan kelemahan fisik.
|
Tujuan:
-
Kebersihan diri
sesuai pola
Kriteria Hasil:
-
Mulut, badan,
rambut, dan kuku dalam keadaan bersih.
-
Klien tampak merasa
nyaman dan dapat beristirahat dengan tenang.
|
1.
Kaji kembali pola
kebersihan.
2.
Bantu klien dalam
mengatasi kebersihan dirinya (badan, mulut, rambut dan kuku).
3.
Anjurkan pada ibu
dan keluarga klien untuk menjaga dalam kebersihan klien.
4.
Lakukan pendidikan
kesehatan tentang pentingnya kebersihan diri.
|
1.
Data dasar dalam
melakukan intervensi.
2.
Agar klien merasa
nyaman dan tampak bersih.
3.
Mempertahankan rasa
nyaman klien.
4.
Meningkatkan
pengetahuan dan membuat ibu klien lebih kooperatif.
|
D.
Implementasi
dan Evaluasi
Tabel
7. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
No.
Dx
|
Tgl/
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1.
|
Rabu, 01/08/2012
08.10
08.30
09.15
09.30
10.00
12.00
14.00
20.00
22.00
22.10
04.00
06.00
|
1. Mengkaji
frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Hasil: irama napas cepat dan dangkal, dan menggunakan otot
pernapasan.
2. Mengauskultasi
area paru catat adanya suara napas tambahan.
Hasil: terdengar adanya suara napas tambahan ronchi basah.
3. Membantu
klien mengeluarkan dahak/ sputum dengan pijatan ringan setiap kali batuk.
Hasil: klien mengeluarkan dahak dua kali.
4. Memberikan
klien susu dengan menggunakan air hangat dari pada air dingin.
Hasil: membuat susu klien dengan air hangat.
5. Memberikan
Obat Injeksi
Hasil:
Injeksi
Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi
Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
6. Menyiapkan
untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
7. Memberikan
obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
8. Menyiapkan
untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
9. Memberikan
obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
10. Memberikan
Obat Injeksi
Hasil:
Injeksi
Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi
Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
11. Menyiapkan
untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
12. Memberikan
obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
|
Jam 08.25 / 02/ 08/ 2012
S:
- Ibu
klien mengatakan anaknya masih batuk.
O:
- Klien
tampak batuk.
- Suara
napas terdengar adanya sputum.
- Irama
napas cepat dan dangkal, menggunakan otot pernapasan.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
|
2.
|
08.10
08.30
09.20
09.45
|
1. Mengkaji
status, frekuensi, dan kedalaman pernapasan, catat adanya gerakan otot
pernapasan.
Hasil: Pernapasan cepat dan dangkal, menggunakan otot
pernapasan.
2. Mengauskultasi
bunyi napas dan catat adanya bunyi napas abnormal.
Hasil: suara napas terdengar ronchi basah.
3. Meninggikan
kepala di atas tepat tidur dan bantu klien mengubah posisi.
Hasil: posisi kepala klien lebih tinggi menggunakan 2
bantal.
4. Membantu
klien untuk mengatasi ketakutan/ kecemasan klien dengan menenangkan klien di
dekat ibunya.
Hasil: Klien tampak tenang jika di dekat ibunya.
|
Jam 08.45/ 02/ 08/ 2012
S:
- Ibu
klien mengatakan anaknya masih sesak.
- Ibu
klien mengatakan kadang-kadang anaknya gelisah dan rewel.
O:
- Pergerakan
dada menggunakan otot pernapasan
- Frekuensi
pernapasan 30x/ menit
- Pernapasan
cepat dan dangkal
- Klien
tampak kesulitan bernapas.
- Klien
tampak gelisah.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
|
3.
|
08.15
09.00
09.25
10.15
|
1. Mengkaji
kembali pola kebersihan.
Hasil: klien belum bisa melakukan perawatan diri sendiri.
2. Membantu
klien dalam mengatasi kebersihan dirinya (badan, mulut, rambut dan kuku).
Hasil: klien tampak bersih dan nyaman
3. Menganjurkan
pada ibu dan keluarga klien untuk menjaga dalam kebersihan klien.
Hasil: ibu klien mau membantu menjaga kebersihan klien.
4. Melakukan
pendidikan kesehatan tentang pentingnya kebersihan diri.
Hasil: ibu dan
keluarga klien mengerti tentang pentingnya kebersihan diri.
|
Jam 08.50 / 02/ 08/ 2012
S:
- Ibu
klien mengatakan sudah memotong kuku klien.
O:
- Badan
klien tampak bersih dan nyaman.
- Badan,
rambut, mulut dan kuku tampak pendek dan bersih.
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan Intervensi.
|
1.
|
Kamis, 02/08/2012
08.15
08.25
08.50
09.10
10.15
12.10
14.05
20.00
22.00
22.05
04.10
06.15
|
1. Mengkaji
frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Hasil: irama napas cepat dan dangkal, dan menggunakan otot
pernapasan.
2. Mengauskultasi
area paru catat adanya suara napas tambahan.
Hasil: terdengar adanya suara napas tambahan ronchi basah.
3. Membantu
klien mengeluarkan dahak/ sputum dengan pijatan ringan setiap kali batuk.
Hasil: klien dapat mengeluarkan dahaknya.
4. Memberikan
klien susu dengan menggunakan air hangat dari pada air dingin.
Hasil: membuat susu klien dengan air hangat.
5. Memberikan
Obat Injeksi
Hasil:
Injeksi
Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi
Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
6. Menyiapkan
untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
7. Memberikan
obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
8. Menyiapkan
untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
9. Memberikan
obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
10. Memberikan
Obat Injeksi
Hasil:
Injeksi
Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi
Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
11. Menyiapkan
untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
12. Memberikan
obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
|
Jam 08.15 / 03/ 08/ 2012
S:
- Ibu
klien mengatakan anaknya masih batuk.
O:
- Klien
tampak batuk.
- Suara
napas terdengar adanya sputum.
- Irama
napas cepat dan dangkal, menggunakan otot pernapasan.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
|
2.
|
08.15
08.25
08.46
12.05
|
1. Mengkaji
status, frekuensi, dan kedalaman pernapasan, catat adanya gerakan otot
pernapasan.
Hasil: Pernapasan cepat dan dangkal, menggunakan otot
pernapasan.
2. Mengauskultasi
bunyi napas dan catat adanya bunyi napas abnormal.
Hasil: suara napas terdengar ronchi basah.
3. Meninggikan
kepala di atas tepat tidur dan bantu klien mengubah posisi.
Hasil: posisi kepala klien lebih tinggi menggunakan 2
bantal.
4. Membantu
klien untuk mengatasi ketakutan/ kecemasan klien dengan menenangkan klien di
dekat ibunya.
Hasil: Klien tampak tenang jika di dekat ibunya.
|
Jam 08.25 / 03/ 08/ 2012
S:
- Ibu
klien mengatakan anaknya masih sesak.
- Ibu
klien mengatakan kadang-kadang anaknya gelisah dan rewel.
O:
- Pergerakan
dada menggunakan otot pernapasan
- Frekuensi
pernapasan 30x/ menit
- Pernapasan
cepat dan dangkal
- Klien
tampak kesulitan bernapas.
-
Klien tampak gelisah.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
|
1.
|
Jumat, 03/08/2012
08.10
08.15
08.30
08.55
10.10
12.15
14.05
20.00
22.05
22.15
04.10
06.05
|
1. Mengkaji
frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Hasil: irama napas cepat dan dangkal, dan menggunakan otot
pernapasan.
2. Mengauskultasi
area paru catat adanya suara napas tambahan.
Hasil: terdengar adanya suara napas tambahan ronchi basah.
3. Membantu
klien mengeluarkan dahak/ sputum dengan pijatan ringan setiap kali batuk.
Hasil: klien mengeluarkan dahak dua kali.
4. Memberikan
klien susu dengan menggunakan air hangat dari pada air dingin.
Hasil: membuat susu klien dengan air hangat.
5. Memberikan
Obat Injeksi
Hasil:
Injeksi
Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi
Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
6. Menyiapkan
untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
7. Memberikan
obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
8. Menyiapkan
untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
9. Memberikan
obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
10. Memberikan
Obat Injeksi
Hasil:
Injeksi
Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi
Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
11. Menyiapkan
untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
12. Memberikan
obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
|
Jam 08.20 / 04/ 08/ 2012
S:
- Ibu
klien mengatakan anaknya masih batuk.
O:
- Klien
tampak batuk.
- Suara
napas terdengar adanya sputum.
- Irama napas cepat dan dangkal, menggunakan
otot pernapasan.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
|
2.
|
10.00
10.20
10.35
12.00
|
1. Mengkaji
status, frekuensi, dan kedalaman pernapasan, catat adanya gerakan otot
pernapasan.
Hasil: Pernapasan mulai normal, menggunakan otot
pernapasan mulai berurang.
2. Mengauskultasi
bunyi napas dan catat adanya bunyi napas abnormal.
Hasil: suara napas tambahan ronchi basah mulai berkurang.
3. Meninggikan
kepala di atas tempat tidur dan bantu klien mengubah posisi.
Hasil: posisi kepala klien lebih tinggi menggunakan 2 bantal.
4. Membantu
klien untuk mengatasi ketakutan/ kecemasan klien dengan menenangkan klien di
dekat ibunya.
Hasil: Klien tampak tenang jika di dekat ibunya.
|
Jam 08.27 / 03/ 08/ 2012
S:
- Ibu
klien mengatakan sesak anaknya mulai berkurang.
- Ibu
klien mengatakan anaknya sudah tidak gelisah lagi.
O:
- Pergerakan
otot pernapasan mulai berkurang
- Frekuensi
pernapasan 28x/ menit
- Pernapasan
mulai normal
- Klien
tampak mulai tenang.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi.
|
1.
|
Sabtu, 04/08/2012
08.17
08.25
08.45
9.00
10.00
12.15
14.10
20.00
22.05
22.15
04.15
06.05
|
1. Mengkaji
frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Hasil: gerakan dada mulai normal, dan tidak menggunakan
otot pernapasan.
2. Mengauskultasi
bunyi napas dan catat adanya bunyi napas abnormal.
Hasil: suara napas tambahan ronchi basah terdengar sudah
berkurang.
3. Membantu
klien mengeluarkan dahak/ sputum dengan pijatan ringan setiap kali batuk.
Hasil: klien dapat mengeluarkan dahaknya.
4. Memberikan
klien susu dengan menggunakan air hangat dari pada air dingin.
Hasil: susu klien menggunakan air hangat.
5. Memberikan
Obat Injeksi
Hasil:
Injeksi
Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi
Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
6. Menyiapkan
untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
7. Memberikan
obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
8. Menyiapkan
untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
9. Memberikan
obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
10. Memberikan
Obat Injeksi
Hasil:
Injeksi
Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi
Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
11. Menyiapkan
untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
12. Memberikan
obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
|
Jam 09.10 / 05/ 08/ 2012
S:
- Ibu
klien mengatakan batuknya berkurang.
O:
- Batuk
tampak berkurang.
- Suara
sputum berkurang.
- Irama
napas normal.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi.
|
2.
|
10.17
10.25
10.40
12.00
|
1. Mengkaji
status, frekuensi, dan kedalaman pernapasan, catat adanya gerakan otot
pernapasan.
Hasil: Pernapasan normal, gerakan otot pernapasan
berkurang.
2. Mengauskultasi
bunyi napas dan catat adanya bunyi napas abnormal.
Hasil: suara napas tambahan ronchi basah berkurang.
3. Meninggikan
kepala di atas tempat tidur dan bantu klien mengubah posisi.
Hasil: posisi kepala klien lebih tinggi menggunakan 2
bantal klien tampak lebih mudah bernapas.
4. Membantu
klien untuk mengatasi ketakutan/ kecemasan klien dengan menenangkan klien di
dekat ibunya.
Hasil: Klien tampak tenang jika di dekat ibunya.
|
Jam 09.30 / 05/ 08/ 2012
S:
- Ibu
klien mengatakan anaknya sudah tidak sesak.
- Ibu
klien mengatakan anaknya sudah tidak gelisah dan rewel.
O:
- Tidak
menggunakan otot pernapasan
- Frekuensi
pernapasan 24x/ menit.
- Klien
tampak tenang.
A: Masalah teratasi.
P: Hentikan intervensi.
|
1.
|
Minggu, 05/08/2012
09.05
09.20
09.45
10.00
10.15
11.55
14.00
20.00
22.05
22.15
04.05
06.10
|
1. Mengkaji
frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Hasil: gerakan otot pernapasan berkurang.
2. Mengauskultasi
area paru catat adanya suara napas tambahan.
Hasil: suara napas tambahan ronchi basah berkurang.
3. Membantu
klien mengeluarkan dahak/ sputum dengan pijatan ringan setiap kali batuk.
Hasil: klien mengeluarkan dahaknya.
4. Memberikan
klien susu dengan menggunakan air hangat dari pada air dingin.
Hasil: susu klien menggunakan air hangat.
5. Memberikan
Obat Injeksi
Hasil:
Injeksi
Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi
Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
6. Menyiapkan
untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
7. Memberikan
obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
8. Menyiapkan
untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
9. Memberikan
obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
10. Memberikan
Obat Injeksi
Hasil:
Injeksi
Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi
Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
11. Menyiapkan
untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
12. Memberikan
obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
|
Jam 09.00 / 06/ 08/ 2012
S:
- Ibu
klien mengatakan anaknya sudah tidak batuk lagi.
O:
- Batuk
tampak berkurang.
- Suara
sputum berkurang.
- Irama
napas normal.
A: Masalah teratasi.
P: Hentikan intervensi.
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien An. A dengan gangguan sistem pernapasan : bronchopneumonia di ruang melati BLUD rumah sakit binyamin guluh
kabupaten kolaka tahun 2012. peneliti berusaha menerapkan proses keperawatan
mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan/ intervensi
keperawatan, implementasi dan evaluasi.Pada bab ini, akan diuraikan mengenai
kesenjangan antara teori dengan hasil penelitian, faktor pendukung dan
penghambat, dalam menerapkan asuhan keperawatan.
A.
Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang klien agar dapat
mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang meliputi aspek
bio-psiko-sosial-spiritual. Pada saat pengumpulan data peneliti tidak mengalami
hambatan dalam pengambilan data dari klien dan keluarga hal ini dikarenakan
klien dan keluarga sangat kooperatif pada perawat. Selain itu, data-data dari
perawat ruangan yang telah membantu dan memfasilitasi pengumpulan data serta dokumentasi
dengan melihat buku status klien di ruangan.
Data-data yang didapatkan oleh peneliti
dalam pengumpulan data meliputi keluhan utama klien dan saat pengkajian di
lahan penelitian data yang didapatkan dari klien adalah bersihan jalan napas
tidak efektif.
Dalam teori klien yang menderita dengan Bronchopneumonia akan mengeluh sesak
napas, sehingga ini berarti tidak ada kesenjangan antara teori dengan realita
di lahan penelitian.
Dalam pengumpulan data terdapat kesenjangan
antara teori dengan realita di lahan penelitian seperti dalam teori saat dikaji
biasanya ditemukan demam/ peningkatan suhu tubuh pada klien, namun saat
pengkajian di lahan penelitian tidak ditemukan data tersebut. Itu dikarenakan, kondisi klien yang sudah
membaik karena ibu klien berusaha merawat klien di rumah dan membawa klien
kedokter untuk diperiksa dan adanya pengobatan sebelumnya.
Maka pada tahap pengkajian ini ada kesenjangan antara teori dan aktual.
Kesenjangan lainnya secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni:
1. Sikap
klien dan keluarga yang mau menerima dan kooperatif dengan pengkaji dan
pelaksana asuhan keperawatan.
2. Psikologi
dan manajemen koping yang dimiliki setiap individu yang berbeda-beda.
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah data terkumpul, peneliti
kemudian mengelompokkan data dan menganalisa data, setelah peneliti/ pelaksana
asuhan keperawatan merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil pengkajian
dan studi kasus di lahan penelitian.
Secara teori (Menurut Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009),
diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan Bronchopneumonia adalah:
1.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
2.
Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.
3.
Nyeri
dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
4.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan : ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan
dengan gangguan pola tidur.
5.
Kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi.
6.
Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan toksemia.
Diagnosa keperawatan yang
muncul setelah dilakukan pengkajian pada klien yakni:
1.
Bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
2.
Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan Obstruksi
Bronchial
3. Kurangnya
perawatan diri (Personal Hyegiene)
berhubungan dengan kelemahan fisik.
Diagnosa yang tidak ditemukan saat
setelah pengkajian dan ada dalam teori (Menurut Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009) adalah:
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan peningkatan tekanan kapiler
alveolus.
2. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan
parenkim paru.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan : ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur.
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan toksemia.
Diagnosa keperawatan yang
muncul pada pasien hanya tiga diagnosa, sedangkan pada teori enam diagnosa,
berarti ada kesenjangan antara teori dan aktual. Itu dikarenakan, kondisi klien
yang sudah membaik karena ibu klien berusaha merawat klien di rumah dan membawa
klien kedokter untuk diperiksa dan adanya pengobatan sebelumnya.
C.
Perencanaan/Intervensi
Peneliti/pelaksana asuhan keperawatan
membuat perencanaan asuhan keperawatan yang berorientasi pada masalah yang
muncul pada saat pengkajian dan melalui analisa data yang didasarkan pada teori
yang didapat peneliti.
Perencanaan pada klien dengan Bronchopneumonia, difokuskan pada
tindakan keperawatan untuk mengatasi jalan napas tidak efektif, pola napas
tidak efektif, dan kurangnya perewatan diri (personal
hygiene).
Hal- hal yang mendukung dalam
kelancaran proses perencanaan, klien dan keluarga kooperatif, dukungan dari perawat
ruangan, tersedia sarana dan prasrana yang memadai, tersedianya literatur/referensi,
dan saran pembimbing yang sangat membantu dalam penyusunan perencanaan.
Sedangkan untuk hambatan- hambatan yang dialami oleh pelaksana asuhan
keperawatan selama membuat perencanaan tidak ada.
D.
Implementasi
Dalam melaksanakan implementasi
keperawatan, pelaksana asuhan keperawatan berusaha melakukan sesuai dengan
rencana keperawatan, baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan tim kesehatan
lain. Dalam proses pelaksana tindakan keperawatan, pemberi asuhan keperawatan
dapat melaksanakan semua rencana tindakan keperawatan pada klien.
Sedangkan selama melaksanakan perencanaan
yang telah direncanakan, peneliti menemukan hambatan dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, peneliti tidak dapat mendokumentasikan tindakan yang
telah dilakukan dengan lengkap pada klien selama 24 jam sehingga peneliti tidak
dapat mengetahui secara penuh perkembangan klien, seperti memberikan antibiotik
dan Bronchodilator. Namun hal tersebut
dapat ditangani dengan mendelegasikan kepada perawat ruangan dan keluarga
klien. Selain itu buku status klien dan buku jadwal injeksi membantu dalam
pengontrolan peneliti dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
E.
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari
proses keperawatan yang berguna untuk menilai asuhan yang telah diberikan.
Tahap ini dilakukan mulai tanggal 01 sampai 05 agustus 2012.
Dari tiga masalah yang ditemukan pada
klien An. A dengan gangguan Sistem Pernapasan : Bronchopneumonia.
1. Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret teratasi karena
ibu klien tidak mengeluh batuk berlendir lagi dan batuk klien tampak berkurang.
2. Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan Obstruksi
Bronchial telah teratasi karena ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
sesak lagi, dan pernapasan kembali efektif.
3. Kurangnya
perawatan diri (Personal Hyegiene)
berhubungan dengan kelemahan fisik dapat teratasi karena ibu klien mengatakan
kien telah dimandikan, memotong kuku, membersihkan mulut klien, kuku pendek,
dan klien tampak bersih.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah penulis memberikan asuhan
keperawatan pada klien An. A dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Bronchopneumonia Di Ruang Melati BLUD Rumah
Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka yang dilakukan mulai tanggal 01 agustus
2012 sampai dengan 05 agustus 2012, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Tahap
Pengkajian
Dari hasil pengkajian penulis tidak
menemukan data senjang pada klien timbulnya keluhan utama jalan napas tidak
efektif dan keluhan yang biasa didapatkan berdasarkan teori yakni sama, jalan
napas tidak efektif.
2.
Tahap
Diagnosa Keperawatan
Dari data senjang yang diperoleh
berdasarkan hasil pengkajian, maka peneliti merumuskan diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
a. Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
b. Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi Bronchial
c. Kurangnya
perawatan diri (Personal Hyegiene)
berhubungan dengan kelemahan fisik.
3.
Tahap
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan yang dibuat sesuai dengan
tujuan dan dasar pemikiran dari tiap intervensi berdasarkan studi literatur
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Perencanaan yang dibuat peneliti untuk
menyelesaikan masalah pada diagnosa keperawatan jalan nafas tidak efekif yakni
menganjurkan dan menganjurkan ibu klien untuk mengeluarkan dahak klien dan
kolaborasi dalam pemberian bronchodilator
dan antibiotik.
4.
Tahap
Implemenasi Keperawatan
Dalam melakukan tindakan keperawatan,
penulis berusaha melakukannya sesuai dengan rencana keperawatan, baik secara
mandiri maupun kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Dalam pelaksaan tindakan,
peneliti dapat melaksanakan semua rencana tindakan keperawatan pada klien.
Tindakan yang dilakukan dalam menangani
masalah klien disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan. Selain
itu,dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan setiap shift pagi sampai
siang.
5.
Tahap
Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan pada
setiap shift jaga dan ke 3 (tiga) masalah semua teratasi.
B.
Saran
Untuk melaksanakan dan meningkatkan
kualitas studi kasus asuhan keperawatan, perlu beberapa usulan dan saran
sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :
Dalam menyusun studi kasus asuhan
keperawatan khususnya pada klien dengan gangguan sistem pernapasan : Bronchopneumonia sebaiknya dilakukan
pengawasan serta pelayanan yang lebih intensif, karena pada klien Bronchopneumonia dapat memberikan dampak
yang lebih besar dan bahkan memberika dampak yang dapat menyebabkan kematian.
Maka diharapkan lebih fokus kepada pendidikan kesehatan untuk lebih
ditingkatkan agar tidak terjadi kekambuhan ulang. Keluarga klien penting di
berikan pendidikan kesehatan tentang gangguan sistem pernapasan: Bronchopneumonia untuk mengatasi
permasalahan yang timbul seperti jalan napas tidak efektif dan pola napas tidak
efektif.
Kerjasama yang baik antara sesama
perawat, dokter, klien An. A dan keluarga sebaiknya selalu dipertahankan dan
ditingkatkan. Hal ini untuk meningkatkan mutu studi kasus asuhan keperawatan
serta pengembangan profesi keperawatan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, dkk, (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, jilid 2, Jakarta: Media
Aesculapius.
A. Aziz
Alimul Hidayat, (2008). Pengantar
Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta: Salemba Medika.
A. Aziz
Alimul Hidayat, (2008). Pengantar
Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika.
A. Aziz
Alimul Hidayat, (2009). Pengantar
Ilmu Keperawatan Anak 1, Jakarta: Salemba Medika.
Eva Ellya Sibagariang, SKM,
Dkk, (2010). Buku Saku Metodologi
Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma Kesehatan, Jakarta: TIM.
Evelyn C. Pearce (2000). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ngastiyah, (2005). Perawatan Anak Sakit. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Sujono Riyadi & Sukarmin,
(2009). Asuhan Keperawatan pada Anak.
Edisi
pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu.