Rabu, 21 November 2012

kti bp anakku


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
       Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini sering menyerang anak-anak dan balita hampir diseluruh dunia. Bila penyakit ini tidak segera ditangani, maka akan menyebabkan beberapa komplikasi bahkan kematian. Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia. Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke Bronkus. (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009).
       Laporan WHO tahun 1999, menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %. Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara empiris.  
       Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, Penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia.
       Epidemologi angka mortalitas anak-anak dengan bronchopneumonia di Indonesia tetap tinggi. Angka mortalitas bronchopneumonia secara keseluruhan mencapai 7-28,6%. (Nugroho, 1971).
       Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga kebersihan baik fisik maupun lingkungan seperti tempat sampah, ventilasi, dan kebersihan lain-lain. Preventif dilakukan dengan cara menjaga pola hidup bersih dan sehat, upaya kuratif dilakukan dengan cara memberikan obat yang sesuai indikasi yang dianjurakan oleh dokter dan perawat memiliki peran dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopnemonia secara optimal, profesional dan komprehensif, sedangkan pada aspek rehabilitatif, perawat berperan dalam memulihkan kondisi klien dan menganjurkan pada orang tua klien untuk kontrol ke rumah sakit.
       Berdasarkan data di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan pnelitian dengan berdasarkan studi kasus tentang: “Asuhan Keperawatan pada klien An. “A” dengan gangguan sistem pernapasan: “Bronkopneumonia” di ruang melati BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2012.
B.     Rumusan Masalah
        Rumusan masalah yaitu bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan pada klien An. A dengan gangguan sistem pernapasan: broncopneumonia di Ruang Melati BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2012 ?


C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
       Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien An. A dengan gangguan sistem pernapasan: bronkopneumonia di Ruang Melati BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2012.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mampu melakukan pengkajian pada klien An. A dengan kasus bronkopneumonia di BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh.
b.      Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien An. A dengan bronkopneumonia di BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh.
c.       Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien An. A dengan bronkopneumonia di BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh.
d.      Mampu melaksanakan rencana asuhan keperawatan pada klien An. A dengan bronkopneumonia di BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh.
e.       Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien An. A dengan bronkopneumonia di BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh.
D.    Manfaat Penelitian
1.      Untuk Institusi
       Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada anak dengan bronchopneumonia.


2.      Untuk Pendidikan
       Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi rekan-rekan mahasiswa.
3.      Untuk Peneliti
       Peneliti dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan bronchopneumonia serta dalam melakukan pendokumentasian dan penyusunan makalah bronchopneumonia.
E.     Metode Penulisan
       Metode dalam penulisan makalah Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif dan metode studi kasus kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang digunakan adalah studi kasus dimana peserta didik mengolah 1 (satu) kasus dengan menggunakan proses keperawatan.
F.     Sistematika Penulisan
             Adapun sistematika dari penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari 5 bab, yaitu:
1.      BAB I :
Pendahuluan, yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan.
2.      BAB II :
      Tinjauan pustaka, yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi (klasifikasi proses perjalanan penyakit dan manifestasi klinis), komplikasi, penatalaksanaan, konsep tumbuh kembang anak, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan.

3.      BAB III :
Tinjauan kasus, yang meliputi pengkajian keperawatan, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
4.      BAB IV :
Pembahasan, yang menjelaskan tentang kesenjangan antara teori dan hasil penelitian meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
5.      BAB V :
Penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Konsep Medis
1.      Pengertian
       Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus. (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009).
       Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).
2.      Etiologi
       Penyebab tersering brokopneumonia pada anak adalah pneumokokus sedang penyebab lainnya antara lain: streptococcus pneumoniae, stapilokokus aureus, haemopillus influenza, jamur (seperti candida albicans), dan virus. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab yang berat, serius dan sangat progresif dengan mortalitas tinggi.



3.      Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
       Anatomi pernafasan agar udara bisa mencapai paru-paru adalah hidung, laring, trakhea, bronkhus dan bronkhiolus.
      Fungsi masing-masing bagian ini sebagai berikut:
a.       Fungsi hidung
1)      Terdapat bentukan-bentukan yang berfungsi untuk :
a)      Bulu-bulu hidung berguna untuk menyaring udara yang baru masuk, debu dengan diameter > 5 mikron akan tertangkap.
b)      Selaput lendir hidung berguna untuk menangkap debu dengan diameter lebih besar, kemudian melekat pada dinding rongga hidung.
c)      Anyaman vena (Flexus venosus) berguna untuk menyamakan kondisi udara yang akan masuk paru dengan kondisi udara yang ada di dalam paru.
d)     Konka (tonjolan dari tulang rawan hidung) untuk memperluas permukaan, agar proses penyaringan, pelembaban berjalan dalam suatu bidang yang luas, sehingga proses diatas menjadi lebih efisien.
2)      Pharing Terdapat persimpangan antara saluran napas dan saluran pencernaan. Bila menelan makanan glotis dan epiglotis menutup saluran napas, untuk mencegah terjadinya aspirasi. Pada pemasangan endotrakeal tube glotis tidak dapat menutup sempurna, sehingga mudah terjadi aspirasi.
3)      Laring Terdapat pita suara / flika vokalis, bisa menutup dan membuka saluran napas, serta melebar dan menyempit.
Gunanya:
a)      Membantu dalam proses mengejan -Membuka dan menutup saluran napas secara intermitten pada waktu batuk. Pada waktu mau batuk flika vokalis menutup, saat batuk membuka, sehingga benda asing keluar.
b)      Secara reflektoris menutup saluran napas pada saat menghirup udara yang tidak dikehendaki.
c)      Untuk proses bicara.
d)     Trakea dikelilingi tulang rawan berbentuk tapal kuda (otot polos dan bergaris) sehingga bisa mengembang dan menyempit. Trakea bercabang menjadi 2 bronkus utama.
4)      Bronkus Merupakan percabangan trakea, terdiri dari bronkus kanan dan kiri. Antara percabangan ini terdapat karina yang memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Bronkus kiri dan kanan tak simetris. Yang kanan lebih pendek, lebih lebar dan arahnya hampir vertikal. Yang kiri lebih panjang dan lebih sempit dengan sudut lebih tajam. Bronkus ini kemudian bercabang menjadi bronkus lobaris, bronkus segmentasi, bronkus terminalis, asinus yang terdiri dari bronkus respiratorius yang terkadang mengandung alveoli, duktus alveolaris dan sakus alveolaris terminalis.
5)      Paru Terdiri dari paru kanan dan kiri yang kanan terdiri dari 3 lobus, kiri 2 lobus. Dibungkus oleh selaput yang disebut pleura viseralis sebelah dalam dan pleura parietalis sebelah luar yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat cavum interpleura yang berisi cairan. Di dalam saluran napas selain terdapat lendir,  juga bulu-bulu getar/ silia yang berguna untuk menggerakkan lendir dan kotoran ke atas.
a.      Pernapasan Eksterna
       Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.
       Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.
       Di dalam paru-paru, karbon dioksida adalah salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut.
       Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau pernafasan eksternal :
1)      Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
2)      Arus darah melalui paru-paru.
3)      Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh.
4)      Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen. (Evelyn C. Pearce, 2000)
5)      Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2. Jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi yang dengan demikian terjadi pengeluaran CO2 dan memungut lebih banyak O2. (Evelyn C. Pearce, 2000)
b.      Pernapasan Jaringan atau Pernapasan Interna
        Sementara bagaimana oksigen digunakan oleh jaringan dan bagaimana karbon dioksida dibebaskan oleh jaringan disebut respirasi internal. Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) mengitari seluruh tubuh dan mencapai kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung dan darah menerima sebagai gantinya hasil buangan oksidasi yaitu karbondioksida. (Evelyn C. Pearce, 2000)
       Perubahan- perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam alveoli, yang disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau penapasan jaringan.

1)      Udara (atmosfer) yang dihirup :
a)      Nitrogen : 79 %
b)      Oksigen : 20 %
c)      Karbondioksida : 0-0,4
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfer.
2)      Udara yang dihembuskan
a)      Nitrogen : 79 %
b)      Oksigen : 16 %
c)      Karbon dioksida : 4-0,
       Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu yang sama dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk pemanasan udara yang dikeluarkan). (Evelyn C. Pearce, 2000)
       Daya Muat Udara oleh Paru-paru Besarnya daya muat udara oleh paru-paru ialah 4.500 ml sampai 5.000 ml atau 4,5 sampai 5 liter udara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10nya atau 500 ml adalah udara pasang surut (tidal air), yaitu yang dihirup masuk dan dihembuskan ke luar pada pernapasan biasa dengan tenang. (Evelyn C. Pearce, 2000)
       Kapasitas vital. Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas dan pengeluaran napas paling kuat, disebut kapasitas vital paru-paru. Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seorang laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-paru , pada penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan pada kelemahan otot pernapasan. (Evelyn C. Pearce, 2000)

4.      Patofisiologi
       Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam jaringan paru-paru melalui saluran pernapasan dari atas untuk mencapai bronkiolus dankemudian alveolus sekitarnya. Kelainan yang tibul berupa bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua paru-paru, lebih banyak pada bagain basal. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).
       Secara hematogen maupun langsung (lewat penyebaran sel) mikroorganisme yang terdapat di dalam paru dapat menyebar ke bronkus. Setelah terjadi fase peradangan lumen bronkus bersebukan sel radang akut, terisi eksudat (nanah) dan sel epitel rusak. Bronkus dan sekitarnya penuh dengan netrofil (bagian leukosit yang banyak pada saat awal peradangan dan bersifat fagositosis dan sedikit eksudat fibrinosa. Bronkus rusak akan mengalami fibrosis dan pelebaran akibat tumpukan nanah sehingga dapat timbul bronkiektasis. Selain itu organisasi eksudat dapat terjadi karena absorpsi yang lambat. Eksudat pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh, mengandung banyak kuman penyebab (streptokokus, virus dan lain-lain). Selanjutnya eksudat berubah menjadi purulen, dan menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus. Sumbatan tersebut dapat mengurangi asupan oksigen dari luar sehingga penderita mengalami sesak nafas. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).
       Terdapatnya peradangan pada bronkus dan paru juga akan mengakibatkan peningkatan produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia pada lumen bronkus sehingga timbul peningkatan refleks batuk. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).
       Perjalanan patofisiologi di atas bisa berlangsung sebaliknya yaitu didahului dulu dengan infeksi pada bronkus kemudian berkembang menjadi infeksi pada paru-paru. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).
5.      Manifestasi klinik
       Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39-40˚C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal disertai cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, merintih dan sianosis. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula–mula kering dan kemudian menjadi produktif. Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah auskultasi yang terkena. Pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah nyaring halus atau sedang. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).
       Bila sarang bronkopneumomonia manjadi satu mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).
6.      Komplikasi
       Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut, mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti etelektasis, emfisema, atau komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotik secara tepat. (Ngastiyah, 2005).

7.      Penatalaksanaan
       Penatalaksanaan Menurut (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).
a.       Terapi
1)      Pemberian obat antibiotik penisilin 50.000 U/Kg BB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/Kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk menghilangkan penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari 1 jenis juga untuk menghindari resistensi antibiotik.
2)      Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukusa 5 % dan Nacl 0,9 % dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan Kcl 10 mEq/500ml/botol infus.
3)      Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabilisme akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri.
4)      Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik pada penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak nafas.
5)      Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberiakan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian terapi nebulizer dengan flexotid dan ventolin. Selain bertujuan mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen bronkus.

b.      Tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan
1)      Pemeriksaan darah menunjukan leukositosis dengan predomainan atau dapat ditemukan leukoponenia yang menandakan prognosis buruk, dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
2)      Pemeriksaan radiologis member gambaran bervariasi :
a)      Bercak konsolidasi merata pada bronkopnemonia
b)      Bercak komsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris.
c)      Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrat pada pneumonia stafilokokus.
3)      Pemeriksaan cairan pleura
4)      Pemeriksaan mikrobiologi
8.      Konsep Tumbuh Kembang Anak
       Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu yang selalu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal inilah yang membedakan anak dari orang dewasa. Jadi anak tidak bisa diidentikkan dengan dewasa dalam bentuk kecil.
       Ilmu Pertumbuhan (Growth) dan Perkembangan (Development) merupakan dasar Ilmu Tumbuh Kembang oleh karena meskipun merupakan proses yang berbeda, keduanya tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan satu sama lain.
       Pertumbuhan (growth) merupakan masalah perubahan dalam ukuran besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (centi meter, meter). Perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan (skill/ keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009).
a.       Berat badan
Untuk usia 0-6 bulan pertumbuhan berat badan akan mengalami pertambahan setiap minggu sekitar140-200 gram dan berat badannya akan menjadi dua kali lipat berat badan lahir pada akhir bulan ke-6. Sedangkan pada usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap minggu sekitar 25-40 gram danpada akhir bulan ke-12 akan terjadi penambahan tiga kali lipat berat badan lahir.
b.      Tinggi badan
Pada usia 0-6 bulan bayi akan mengalami penambahan tinggi badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Pada usia 6-12 bulan mengalami penambahan tinggi badan hanya sekitar 1,25 cm setiap bulannya. Pada akhir tahun pertama akan meningkat kira-kira 50% dari tinggi badan waktu lahir.
c.       Lingkar kepala
      Pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat cepat sekitar 6 bulan pertama, yaitu dari 35-43 cm. pada usia-usia selanjutnya pertumbuhan lingkar kepala mengalami perlambatan. Pada usia 1 tahun hanya mengalami pertumbuhan kurang lebih 46,5 cm.



d.      Perkembangan motorik kasar
1)      Pada usia 0-28 hari diawali dengan gerakan seimbang pada tubuh dan mulai mengangkat kepala.
2)      Pada usia 1-4 bulan dimulai dengan kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak,jatuh terduduk di pangkuan ketika di sokong pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan tungai kurang fleksi, dan berusaha untuk merangkak.
3)      Usia 4-8 bulan dapat dilihat pada perubahan dalam aktivitas, seperti posisi telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya. pada  bulan ke-4 sudah mampu memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri; duduk dengan kepala tegak; membalikan badan; bangkit dengan kepala tegak; menumpu beban pada kaki dengan lengan berayun ke depan dan ke belakang; berguling dari terlentang ke tengkurap; serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat. 
4)      Pada usia 8-12 bulan di awali dengan duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit lalu berdiri, berdiri 2 detik, dan berdiri sendiri.
5)      Usia 1-2 tahun anak sudah mampu melangkah dan berjalan dengan tegak. Sekitar usia 18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang. Pada akhir tahun ke-2 sudah mampu berlari-lari kecil, menendang bola, dan mulai mencoba melompat.

e.       Perkembangan motorik halus
1)      Pada usia 0-28 hari di mulai dengan adanya kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respon terhadap gerakan jari atau tangan.
2)      Pada usia 1-4 perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan hal-hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi, mencoba memegang dan memasukan benda ke dalam mulut, memegang benda tapi terlepas, memerhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, serta menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar.
3)      Pada usia 4-8 bulan sudah mengamati benda, menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang mengeksplorasi benda yang sedang di pegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, serta memindahkan objek dari satu tangan ketang lain.
4)      Usia 8-12 bulan mencari atau meraih benda kecil; bila di beri kubus mampu memindahkan, mengambil, memegang dengan telunjuk dan ibu jari, membenturkannya, serta meletakan benda atau kubus ke tempatnya.
5)      Anak usia 1-2 tahun pada usia ini dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam mencoba menyususn atau membuat menara kubus (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).


f.       Perkembangan bahasa
1)      Pada usia 0-28 hari dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel.
2)      Pada usia 1-4 ditandai dengan adanya kemampuan bersuara dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup, berceloteh, mengucapkan kata “ooh/ ahh”, tertawa dan berteriak, menguceh spontan, serta bereaksi dengan mengoceh.
3)      Pada usia 4-8 bulan dapat menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh ke arah suara atau sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, serta menggunakan kata yang terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti “ba-ba”.
4)      Usia 8-12 bulan mampu mengucapkan kata “papa” dan “mama” yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakannya secara spesifik, serta dapat mengucapkan 1-2 kata.
5)      Usia 1-2 tahun anak mampu memiliki sepuluh perbendaharaan kata; tingginya kemampuan meniru, mengenal, dan responsif terhadap orang lain; mampu menunjukan dua gambar; mampu mengombinasikan kata-kata; serta mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan.
g.      Perkembangan prilaku/ adaptasi sosial
1)      Pada usia 0-28 hari dapat ditunjukan dengan adanya tanda-tanda tesenyumdan mulai menatap muka atau mengenali seseorang.
2)      Pada usia 1-4 bulan dapat diawali dengan kemampuan mengamati tangannya; tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum; mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak; tersenyum pada wajah manusiaa; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit daripada waktu terjaga; membentuk siklus tidur bangun; menangis bila terjadi sesuatu yang aneh; membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal; senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya; serta terdiam bila ada orang yang tak dikenal (asing).
3)      Pada usia 4-8 bulan anak merasa takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah frustasi serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal.
4)      Usia 8-12 bulan dimulai dengan kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang, bermain bola atau lainnya dengan orang lain.
6)      Usia 1-2 tahun anak ditunjukkan dengan adanya kemampuan membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi, serta mencoba mengenakan baju sendiri. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008).







B.     Konsep Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian Keperawatan
       Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.
       Pengkajian Bronchopneuonia menurut Sujono Riyadi & Sukarmin, (2009) adalah sebagai berikut.
a.       Identitas klien : nama klien, tempat lahir, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan.
b.      Riwayat pola makan :frekuensi makan, jenis makan, makanan yang disenangi.
c.       Pengkajian antopometri : lingkar lengan atas (LLA), lingkar kepala, leingkar dada, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lipatan kulit.
d.      Monitor hasil laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit, laju endap darah (LED), serum protein (albumin dan globulin) dan hormon pertumbuhan.
e.       Timbang berat badan
f.       Kaji tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan.
g.      Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
             Data yang muncul sering orang tua berpersepsi meskipun anaknya batuk masih menggap belum terjadi gangguan serius, bila asanya orang tua menganggap benar-benar sakit apa bila anak sudah mengalami sesak nafas.
h.      Pola metabolik nutrisi
Anak dengan bronkopneumonia sering muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui kontrol saraf pusat), mual dan muntah (karena peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikroorganisme).
i.        Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam.
j.        Pola tidur-istirahat data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena sesak nafas. Penampilan anak terlihat lemah, sering menguap, mata merah, anak juga sering menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan tersebut.
k.      Pola aktifitas-latihan
Anak tampak menurun aktifitas dan latihannya sebagai dampak kelemahan fisik. Anak tampak lebih banyak minta digendong orang tuanya atau bedres.
l.        Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak. Pada saat dirawat anak tampak bingung kalau ditanya tentang hal-hal baru disampaikan.
m.    Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan terhadap orang lain meningkat.



n.      Pola peran-hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya maupuan yang lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama dengan orang terdekat orangtua).
o.      Pola seksualitas-reproduktif
      Pada kondisi sakit dan anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan yang menstruasi pada wanita terapi bersifat sementara dan biasanya penundaan.
p.      Pola toleransi stress-koping
Aktifitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah anak sering menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang domain adalah mudah tersinggung dan suka marah.
q.      Pola nilai-keyakinan
      Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk mendapat sumber kesembuhan dari Tuhan.
r.        Pemeriksaan penunjang
1)      Pemeriksaan darah menunjukan leukositosis dengan predomainan atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis buruk, dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
2)      Pemeriksaan radiologis member gambaran bervariasi :
a)      Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia.
b)      Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris.
c)      Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrat pada pneumonia stafilokokus.
3)      Pemeriksaan cairan pleura.
4)      Pemeriksaan mikrobiologi, dapat dibiak dari spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi pleura atau aspirasi paru. (Arif Mansjor, 2000).
2.      Diagnosa Keperawatan
       Setelah data terkumpul langkah berikutnya adalah menganalisa data, sehingga diperoleh diagnosa keperawatan yang artinya adalah masalah kesehatan aktual atau potensial. Terjadi masalah kesehatan (pada seseorang, kelompok, atau keluarga) yang dapat ditangani oleh perawat untuk menentukan tindakan perawat yang untuk mencegah, menanggulangi, atau mengurangi masalah tersebut. (Menurut Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).
             Diagnosa yang ditemukan pada penyakit bronkopneumonia antara lainya yaitu;
a.       Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
Kemungkinan dibuktikan oleh:          
1)      Pernapasan cepat dan dangkal (RR mungkin >35 kali/menit)
2)      Bunyi nafas ronkhi basah, terdapat retraksi dada dan penggunaan otot bantu pernapasan
3)      Pasien mengeluh sesak nafas.
4)      Batuk biasanya produktif dengan produksi sputum yang cukup banyak.


b.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.
            Kemungkinan dibuktikan oleh:
1)      Dispnea, sianosis
2)      Takipne dan takikardi
3)      Gelisah atau perubahan mental
4)      Kelemahan fisik
5)      Dapat juga terjadi penurunan kesadaran
6)      Nilai AGD menujukan peningkatan PCO² (normal PCO² 35-45 mmHg), sedangkan pada kondisi asidosis dapat menjadi 70 mmHg dan penurunan PH (normal PH 7,35-7-45, kalau asidosis 7,25 mmhg ).
c.       Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1)      Pasien mengeluh dadanya sakit.
2)      Pasien terlihat meringis kesakitan.
3)      Terlihat gerakkan dada terbatas saat bernafas
4)      Perilaku distraksi, gelisah.
5)      Tampak perilaku seperti meringis kesakitan, menangis, rewel.
d.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur.



Kemungkinan dibuktikan oleh:
1)      Laporan verbal kelemahan kelelahan, keletihan.
2)      Pasien tampak lemah, saat dicoba untuk bangun pasien mengeluh tidak kuat.
3)      Nadi teraba lemah dan cepat dengan frekuensi >100 kali permenit.
e.       Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1)      Pasien mengeluh lemah
2)      Berat badan anak mengalami penurunan.
3)      Kulit tidak kencang.
4)      Nilai laboratorium Hb kurang dari 9 gr/dl (normal usia 1 tahun keatas 9-14 gr/dl.
f.       Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia.
Kemungkinan dibuktikan dengan data:
1)      Pasien tampak merah wajahnya
2)      Suhu tubuh sama dengan atau lebih 37,5˚C
3)      Pasien menggigil
4)      Nadi naik (diatas 100 kali permenit).
3.      Intervensi Keperawatan
       Tahap selanjutnya yaitu perencanaan yang meliputi perkembangan strategi sasaran untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menentukan rencana dokumentasi.
a.       DX 1: Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
1)      Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas teratasi.
2)      Kriteria hasil : Pernapasan normal, bunyi nafas normal, klien tidak sesak, tidak ada sputum.
3)      Intervensi keperawatan :
a)      Kaji frekuensi atau kedalaman pernadasan dan gerakan dada.
      Rasional: takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris terjadi karena peningkatan tekanan dalam paru dan penympitan bronkus. Semakin sempit dan tinggi semakin meningkat frekuensi pernapasannya.
b)      Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara.
Rasional: suara mengi mengindikasikan terdapatnya penyempitan bronkus oleh sputum. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, krekles terjadi pada area paru yang banyak cairan eksudatnya.
c)      Bantu pasien latihan nafas dan batuk secara efektif.
Rasional: nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk secara efektif mempermudah pengeluaran dahak dan mengurangi tingkat kelelahan akibat batuk.
d)     Section secara indikasi.
Rasional: mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan nafas.
e)      Lakukan fisioterapi dada.
Rasional: merangsang gerakan mekanik lewat vibrasi dinding dada supaya sputum mudah bergerak keluar.
f)       Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/hari (kecuali kontra indikasi), tawarkan air hangat dari pada dingin.
Rasional: meningkatkan hidrasi sputum, air hangat mengurangi tingkat kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan.
4)      Kolaborasi
a)Terapi obat-obatan bronkodilator dan mukolitik melalui inhalasi. Contoh pemberian obat ventolin dan bisolvon.
      Rasional: memudahkan pengenceran, dan pembuangan secret dengan cepat.
b)      Berikan obat bronkodialtor, ekspetoran, dan mukolitik secara oral.
      Rasional: mengurangi spasma bronkus, memudahkan pengenceran, dan pembuangan secret melalui silia mucus pada saluran pernafasan.
c)Berikan cairan tambahan misalnya cairan intravena
      Rasional: cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan, memobilisasikan secret.
d)     Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri.
      Rasional: mengevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan memudahkan pilihan terapi yang diperlukan.

e)Kolaborasi pemberian antibiotik.
Rasional: membunuh mikroorganisme penyebab, sehingga bisa mengurangi peningkatan produk sputum yang merupakan sebagai akibat timbulnya peradangan.
b.      DX 2: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.
1)      Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan kerusakan pertukaran gas teratasi.
2)      Kriteria hasil : Tidak terjadi dispnea, tidak sianosis, kesadaran compos mentis, nilai AGD dalam batas normal.
3)      Intervensi keperawatan :
a)      Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
Rasional: distress pernafasan yang dibuktikan dengan dispnea dan takipnea sebagai indikasi penurunan kemampuan menyediakan oksigen bagi jaringan.
b)      Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit, kuku dan jaringan sental.
Rasional: sianosis kuku menunjukan vasokonstriksi, sedangkan sianosis daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut (membran hangat) menunjukan hipoksemia sistemik.
c)      Kaji status mental dan penurunan kesadaran.
Rasional: gelisah, mudah tersinggung, bingung dan samnolen sebagai petunjuk hipoksia atau penurunan oksigenasi serebral.

d)     Awasi frekuensi jantung atau irama.
Rasional: takikardia biasanya ada sebagai akibat demam atau dehidrasi tetapi dapat sebagai respon terhadap hipoksia.
e)      Awasi suhu tubuh.
Rasional: demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan menggangu oksigenasi seluler.
f)       Kaji tingkat ansietas sediakan waktu untuk berdiskusi dengan pasien atau susun bersama jadwal pertemuan.
Rasional: ansietas adalah manifestasi masalah psikologi sesuai respon fisiologi terhadap hipoksia.
4)      Kolaborasi:
a)      Berikan terapi oksigen dengan benar
Rasional: tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg (normal PO2 80-100 mmHg), oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
b)      Pemantauan AGD (Analisa Gas Darah).
Rasional: AGD yang menunjukan penurunan PO2 sebagai indikasi penurunan oksigen jaringan.
c.       DX 3: Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkrim paru.
1)      Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dada hilang.
2)      Kriteria hasil : Dada tidak sakit lagi, klien menunjukkan muka yang rileks, ekspresi wajah santai.

3)      Intervensi keperawatan :
a)      Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk, selidiki perubahan karakter, atau lokasi atau intensits nyeri.
Rasional: nyeri pneumonia mempunyai karakter nyeri dalam meningkat saat dibuat inspirasi dan biasanya menetap.
b)      Pantau tanda vital
Rasional: nyeri akan meningkat mediator persyarafan yang dapat merangsang vasokonstriksi pembuluh darah sistermik, meningkatkan denyut jantung dan meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan.
c)      Berikan tindakan distraksi, misalnya mendengarkan musik anak, menonton film tentang anak.
Rasional: mengurangi fokus terhadap nyeri dada sehingga dapat mengurangi keteganggan hingga nyeri.
d)     Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi, atau latihan nafas.
Rasional: tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgetik.
4)      Kolaborasi:
a)      Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi
Rasional: obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif atau proksimal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan atau istirahat umum.
d.      DX 4: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur.
1)      Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan intoleransi aktivitas teratasi.
2)      Kriteria hasil : Klien tidak lemah, tidak letih, klien dapat melakukan aktivitas.
3)      Intervensi keperawatan :
a)      Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktifitas.
Rasional: menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien memudahkan pilihan intervensi.
b)      Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.
c)      Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional: tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.


d)     Batu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan posisi tinggi, tidur dikursi atau menunduk kedepan meja atau bantal.
e)      Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
e.       DX 5: Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
1)      Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
2)      Kriteria hasil : Klien tidak lemah, berat badan klien bertambah, nilai Hb normal.
3)      Intervensi keperawatan :
a)      Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah, misalnya sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.
Rasional: sputum akan merangsang nervus vagus sehingga berakibat mual, dispnea dapat merangsang pusat pengaturan di medulla oblongata.
b)      Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan atau bantu kebersihan mulut setelah muntah.
Rasional: setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum makan.
c)      Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional: menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.
d)     Auskultasi bunyi usus, Observasi atau palpasi distensi abdomen.
Rasional: bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi berat atau memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastrointestinal.
e)      Berikan makanan porsi kecil.
Rasional: tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
f)       Evaluasi status nutrisi umum.
Rasional: adanya kondisi kronis seperti PPOM atau alkoholisme atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respons terhadap
f.       DX 6: Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia.
1)      Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan peningkatan suhu tubuh teratsi.
2)      Kriteria hasil : Suhu klien normal (36˚C-37˚C), klien tidak menggigil, nadi klien dalam batas normal.
3)      Intervensi keperawatan :
a)      Kaji suhu tubuh dan nadi setiap 4 jam.
      Rasional: untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien.
b)      Pantau warna kulit dan suhu.
      Rasional: sianosis menunjukan vasokostriksi atau respon tubuh terhadap demam.
c)      Berikan dorongan untuk minum sesuai perasaan.
Rasional: peningkatan suhu tubuh menimbulkan peningkatan IWL, sehingga banyak cairan tubuh yang keluar dan harus diimbangi pemasukan cairan.
d)     Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan, misalnya: kompres hangat.
Rasional: demam tinggi sangat meningkatakan kebutuhan metabolik dan mengganggu oksigen selulur.
4)      Kolaborasi:
a)      Berikan antipiretik yang diresepkan sesuai kebutuhan.
      Rasional: mempercepat penurunan suhu tubuh.
4.      Implementasi Keperawatan
       Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan atau direncanakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Iyer At All,1996).
5.      Evaluasi
       Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dilaksanakan untuk mengajukan apakah tujuan yang ditetapakan dapat tercapai atau belum dengan kriteria hasil standar dari masing-masing masalah keperawatan yang penulis rumuskan dan rencanakan yang ditetapkan dapat diperoleh hasil sebagai berikut: masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian dan masalah sudah teratasi.


BAB III
TINJAUAN KASUS
A.    Pengkajian
1.      Pengumpulan Data  
a.      Biodata
1)      Identitas klien
Nama                           : An. A
Umur                           : 2,2 tahun
Jenis Kelamin              : Perempuan
Agama                         : Islam
Pendidikan                              : Belum Sekolah
Alamat                        : Jl. Durian
Tanggal Masuk            : 31-07-2012
Tanggal Pengkajian     : 01-08-2012
Diagnosa Medis          : Bronchopneumonia
No. Rekam Medis       : 023464
2)      Identitas orang tua   
(a)    Ayah
Nama                     : Tn. D
Umur                     : 31 Tahun
Pendidikan                        : SMK
Pekerjaan               : Swasta
Agama                   : Islam
Alamat                  : Jl. Durian
(b)   Ibu
Nama                            : Ny. I
Umur                            : 23 Tahun
Pendidikan                      : SMP
Pekerjaan                       : Swasta
Agama                          : Islam
Alamat                          : Jl. Durian
2.      Riwayat Kesehatan
a.       Keluhan utama
      Ibu klien mengeluh anaknya batuk berlendir.
b.      Riwayat keluhan utama
      Ibu klien mengatakan anaknya batuk karena sering makan makanan ringan/ jajanan, batuk berlendir terutama saat menangis dan gelisah, dan sesak di bagian dada, ibu klien mengatakan klien batuk sejak 1 bulan yang lalu.
c.       Riwayat kesehatan sekarang
      Alasan masuk rumah sakit ibu klien mengeluh anaknya batuk berlendir ± 1 bulan yang lalu, sesak nafas sejak kemarin, ibu klien juga mengeluh anaknya gelisah dan menangis sejak 2 malam, ibu klien mengatakan anaknya demam naik turun ± 1 minggu yang lalu dan mulai kembali demam sejak semalam, selama sakit Ibu klien sempat membawa klien berobat 3 kali kedokter tetapi tetap tidak sembuh akhirnya Ibu klien membawa klien ke Rumah Sakit dan diopname sampai sekarang.

d.      Riwayat kesehatan masa lalu
1)      Perinatal care
a)      Ibu klien mengatakan selama hamil melakukan 6 kali pemeriksaan kehamilan.
b)      Ibu klien mengatakan tidak ada keluhan selama hamil.
c)      Ibu klien mengatakan selama hamil riwayat minum obat vitamin penambah darah.
d)     Ibu klien mengatakan kenaikan BB selama hamil naik 1 kg/bulan.
e)      Ibu klien mengatakan selama hamil telah diimunisasi TT 2 kali.
2)      Natal
a)      Ibu klien mengatakan tempat saat melahirkan klien di rumah.
b)      Ibu klien mengatakan bahwa persalinannya spontan dan normal.
c)      Saat melahirkan penolong persalinannya didampingi dukun.
3)      Post natal
a)      Ibu klien mengatakan kondisi bayi saat bersalin sehat, dan BB bayi 3500 gram, ibu klien mengatakan lupa berapa panjang badan anaknya saat lahir.
b)      Ibu klien mengatakan tidak ada masalah menyusui.
4)      Ibu klien mengatakan penyakit yang pernah dialami anaknya yaitu batuk, demam, diare, dan sesak nafas.
5)      Ibu klien mengatakan anaknya sudah ke-empat kalinya dirawat di Rumah Sakit.
6)      Ibu klien mengatakan anaknya alergi batuk jika memakan makanan yang berminyak/makanan ringan.
e.       Riwayat kesehatan keluarga
1.      Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan anaknya.
2.      Genogram tiga generasi
Generasi I
                                                                                                           
Generasi II                                                                 
                                                                                   
Generasi III                                                                
                                                                                   
Keterangan :
                        : laki- laki
                        : perempuan
         X            : meninggal
                        : klien/ pasien
                        : tinggal serumah
                        : garis keturunan  







3.      Riwayat Imunisasi
                                          Tabel 1. Riwayat Imunisasi
No.
Jenis Imunisasi
Waktu Pemberian
Reaksi Setelah Pemberian
1.
BCG
1 bulan
Muncul seperti bisul pada bekas imunisasi.
2.
DPT (I, II, III )
2, 4, 6 bulan dan 1,5 tahun
Demam dan bengkak pada bekas imunisasi
3.
Polio (I,II,III,IV)
Setelah lahir, 2, 4, dan 6 bulan
Tidak ada reaksi demam dan lain-lain
4.
Campak
9 bulan
Demam        
5.
Hepatitis
Setelah lahir, 1 dan 6 bulan
Tidak ada demam

4.      Riwayat Tumbuh Kembang
a.       Pertumbuhan fisik : BB lahir 3500 gram
                                BB sekarang 17 kg
b.      Waktu tumbuh gigi : 7 bulan
c.       Perkembangan tiap tahap
1.      Ibu klien mengatakan pertama kali klien berguling pada usia 6 bulan.
2.      Ibu klien mengatakan klien dapat duduk saat usia 8 bulan.
3.      Ibu klien mengatakan klien dapat berdiri saat umur 1 tahun.
4.      Ibu klien mengatakan klien dapat berjalan saat usia 1,3 tahun.
5.      Ibu klien mengatakan pertama kali klien senyum pada orang lain saat                                       usia 3 tahun.
6.      Ibu klien mengatakan pertama kali bicara saat umur 9 bulan.

5.      Riwayat Nurisi
a.       Pemberian Asi
1)      Ibu klien mengatakan klien di beri ASI sejak lahir.
2)      Ibu klien mengatakan pemberian ASI pada anaknya setiap kali menangis.
3)      Ibu klien mengatakan lama pemberian ASI kepada klien pada usia 1,2 tahun.
b.      Pemberian susu formula :
1)      Ibu klien mengatakan alasan pemberian susu formula pada anaknya karena sudah tidak keluar ASI.
2)      Ibu klien mengatakan sudah 1 tahun anaknya diberikan susu formula.
3)      Ibu klien mengatakan pemberian susu formula dengan menggunakan Dot.
c.       Pemberian makanan tambahan
1)      Ibu klien mengatakan pertama kali diberi makanan tambahan sejak umur 4 bulan.
2)      Ibu klien mengatakan hanya memberikan jenis bubur tim yang dibuat sendiri dan diberi pisang ambon.
d.      Pola perubahan Nutrisi tiap tahap usia sampai Nutrisi saat ini.
Tabel 2. Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahap Usia
No
Usia
Jenis Nutrisi
Lama Pemberian
1.
2.
3.
0 - 4 Bulan
4 – 12 Bulan
Saat ini
ASI
Bubur tim, Pisang & ASI
Nasi & Susu formula
1,2 tahun
1,2 tahun
Sampai sekarang

6.      Riwayat Psikososial
a.       Ibu klien menyatakan anaknya tinggal serumah dengan orang tuanya dirumah sendiri.
b.      Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya berada di kota.
c.       Ibu klien mengatakan hubungan antar anggota keluarga harmonis.
d.      Ibu klien mengatakan pengasuh anaknya yaitu orang tuanya dan neneknya.
7.      Aktivitas Sehari – Hari
                                Tabel 3. Aktifitas Sehari- Hari
Aktivitas
Sebelum Sakit
Saat Sakit
a.       Nutrisi
-          Selera makan
-          Menu makan
-          Frekuensi makan
-          Makanan pantangan

-          Pembatasan pola makan
-          Cara makan
-          Ritual saat makan
b.      Cairan
-          Jenis minuman
-          Frekuensi minum
c.       Eliminasi (BAB/ BAK)
-          Tempat pembuangan BAK
-          Frekuensi BAK
-          Kesulitan BAK
-          Warna urin
-          Tempat pembuangan BAB
-          Frekuensi BAB
-          Konsistensi
-          Kesulitan BAB
-          Obat pencahar
d.      Istirahat Tidur
-          Jam tidur siang
-          Jam tidur malam
-          Pola tidur
-          Kebiasaan sebelum tidur
-          Kesulitan tidur
e.       Personal Hygiene
-          Mandi
-          Cara mandi

-          Frekuensi
-          Alat mandi
-          Cuci rambut
-          Frekuensi
-          Cara
-          Gunting kuku
-          Frekuensi
-          Cara
-          Gosok gigi
-          Frekuensi
-          Cara
f.       Aktivitas Mobilitas Fisik
-          Kegiatan sehari-hari
-          Penggunaan alat bantu
-          Kesulitan pergerakan tubuh


-          Baik
-          Bevariasi
-          2-3x/ hari
-          Tidak ada


-          Tidak ada

-          Disuap
-          Tidak ada

-          Susu formula, air putih
-          4-5x/ hari


-          Popok

-          ± 5x/ hari
-          Tidak ada
-          Kuning
-          Popok

-          1x/ hari
-          Lembek
-          Tidak ada
-          Tidak ada

-          08:00 - 12:00
-          20:00 – pagi
-          Tidak ada
-          Minum susu

-          Tidak ada


-          Ibu klien mengatakan dibantu mandikan
-          2x/ hari
-          Sabun, handuk

-          2x/ hari
-          Pakai sampo

-          1x/ minggu
-          Pakai gunting kuku

-          Belum pernah
-          Belum pernah


-          Bermain

-          Tidak ada

-          Tidak ada

-          Baik
-          Nasi, bubur, telur
-          3x/ hari
-          Makanan/ minuman ringan

-          Tidak ada

-          Disuap
-          Tidak ada

-          Susu formula, air putih
-          >4 x/ hari


-          Popok

-          ± 6x/ hari
-          Tidak ada
-          Kuning
-          Popok

-          >3x/ hari
-          Lembek
-          Tidak ada
-          Tidak ada

-          08:00 - 12:00
-          20:00 – pagi
-          Tidak ada
-          Minum susu

-          Tidak ada


-          Ibu klien mengatakan belum pernah
-          Belum pernah
-          Belum pernah

-          Belum pernah
-          Belum pernah

-          Belum pernah
-          Belum pernah

-          Belum pernah
-          Belum pernah


-          Baring

-          Tidak ada

-          Tidak ada

8.      Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan umum klien: klien tampak lemah
b.      Tanda- tanda vital: suhu: 37o C, nadi: 120x/ menit, RR: 40x/ menit.
c.       Antropometri:
1)      Berat badan: 17 kg
2)      Lingkar lengan atas: 20 cm
3)      Lingkar kepala: 50 cm
4)      Lingkar dada: 59 cm
5)      Lingkar perut: 61 cm
6)      Skin fold: tidak ada lipatan kulit
d.      Sistem Pernafasan :
       Hidung: simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada secret atau polip, mukosa lembab, tidak ada edema, tidak ada lesi, tidak ada perdarahan atau deformitas, Leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, ataupun tumor, bentuk dada normal simetris, tidak ada deformitas, pergerakan dada menggunakan otot pernapasan, suara napas ronchi basah, tidak ada clubbing finger, dan klien tampak batuk dan gelisah, frekuensi pernapasan 40x/ menit, irama napas tidak teratur, pernapasan cepat dan dangkal klien tampak kesulitan bernapas.
e.       Sistem Kardiovaskular :
       Konjungtiva tampak berwarna merah muda atau tidak anemis, bibir tampak kering, kurang bersih, dan mengelupas, tidak ada tekanan dan peningkatan vena jugularis ( JVP) , CRT cepat (kembali ≤ 3 detik), bunyi jantung lup-dup (S1-S2), tidak ada bunyi jantung tambahan.
f.       Sistem Pencernaan :
       Sklera tidak ikterus, bibir kering kurang bersih, dan mengelupas, klien mampu menelan dan mengunyah, klien juga mampu menggerakan lidahnya, gaster tidak kembung, tidak ada nyeri tekan, tidak ada asites, dan ada gerakan peristaltik (+), feases lembek, anus normal, kondisi anus tidak ada lecet maupun hemoroid.
g.      Sistem Pengindraan :
       Kelopak mata normal, distribusi bulu mata lebat dan merata, lipatan epikantus sejajar dengan ujung atas telinga, reflex berkedip (+), tidak ada trauma maupun perdarahan pada hidung atau deformitas, tidak ada secret maupun pembengkakan pada hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung. Klien tampak mendengar dengan jelas, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen, keadaan daun telinga utuh.
h.      Status Mental :
       Saat klien diajak bicara oleh ibu dan nenek klien mengerti, klien dapat mengingat nenek klien dan keluarganya, terkadang klien bila diajak bicara tidak mau menjawab, bentuk ekstremitas simetris, ada sensasi tajam, halus, panas, dan dingin, tidak ada pembengkakan, tidak ada kaku kuduk.
i.        Kesadaran (GCS) : 15 Compos Mentis, E (4), M (6), V (5).
j.        Sistem Muskuloskeletal :
       Bentuk kepala simetris dan normal ( mesosephal ) pergerakan kepala normal/ bebas, tidak ada pembengkakan, maupun kekakuan, gerakan lutut normal/ bebas, gerakan kaki baik/ bebas, tidak ada pembengkakan dan kaku, kemampuan berjalan baik, klien baring dan terpasang infus, bentuk tangan simetris, gerakan normal/ bebas, tidak ada pembengkakan.
k.      Rambut :
       Distribusi rambut merata, lembab, halus, dan bersih,warna kulit putih, temperatur hangat, kulit lembab, bulu kulit tidak tampak jelas, tidak ada ruam, tekstur halus, kuku warna merah muda, panjang dan kurang bersih.
l.        Sistem Endokrin :
       Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada eksresi urin berlebih, tidak ada polidipsi dan polipagi, suhu tubuh seimbang, tidak ada keringat berlebih, tidak ada riwayat air seni di kelilingi semut.
m.    Sistem Perkemihan :
       Tidak ada edema palpebra, tidak ada moon face, tidak ada peningkatan tekanan kandung kemih.
n.      Sistem Reproduksi :
Payudara klien belum tampak membesar.
o.      Sistem Immun:
Ibu klien mengatakan anaknya akan batuk-batuk jika memakan makanan berminyak dan makanan ringan.
p.      Test Diagnostik/ Pemeriksaan Penunjang:
Hasil laboratorium pada tanggal 31 Juli 2012 Pukul 21 : 10
Tabel 4. Hasil Laboraratorium
Jenis
Hasil
Nilai Normal
Satuan
WBC ( lekosit )
RBC ( erytrosit )
HGB ( hemoglobin )
HCT ( hematokrit )
MCV
MCH
MCHC
PLT
11,8
4,35
11,5
32,9
75,6
26,4
35,0
382
6,0-14
3,8-5,4
10,0-14,0
32-42
72-88
24-30
-
150-400
x 103/ ml
x 106/ ml
g/ dl
%
Fl
Pg
g/ dl
x 103/ ml




q.      Terapi Saat Ini:
IVFD KAEN 3B  20 Tetes/ Menit
Ceftriaxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
Pharacetamol Syrup 3x11/2
Nebulizer dengan Combivent/ 8 Jam
Puyer Batuk 3x1 Bungkus
2.   Klasifikasi Data
a.       Data Subyektif
1)      Ibu klien mengeluh anaknya batuk berlendir
2)      Ibu klien mengatakan anaknya sesak napas
3)      Ibu klien mengeluh anaknya gelisah dan menangis terus
4)      Ibu klien mengatakan selama sakit anaknya belum pernah mandi, cuci rambut dan menggunting kuku.
b.      Data Obyektif
1)      Klien tampak lemah
2)      Klien tampak batuk
3)      Suara napas tambahan ronchi basah
4)      Pergerakan dada menggunakan otot pernapasan
5)      Frekuensi pernapasan 40x/ menit
6)      Irama napas tidak teratur
7)      Pernapasan cepat dan dangkal
8)      Klien tampak kesulitan bernapas.
9)      Klien tampak gelisah
10)  Bibir tampak kering, kurang bersih, dan mengelupas
11)  Kuku tampak panjang dan kurang bersih.
3.      Analisa Data
Tabel 5. Analisa Data
No.
Data
Etiologi
Masalah
1.
DS:       
-          Ibu klien mengeluh anaknya batuk berlendir
DO:
-          Klien tampak batuk
-          Suara napas tambahan ronchi basah





Bakteri
 

Masuk melalui saluran pernapasan atas
 

Kuman berlebih di bronkus
 

Akumulasi secret di Bronkus
 

Penumpukan secret di Bronkus

Bersihan Jalan Nafas tidak efektif

Bersihan jalan nafas tidak efektif















2.








No.
DS:
-          Ibu klien mengatakan anaknya sesak napas
-          Ibu klien mengeluh anaknya gelisah dan menangis terus
DO:                       
-          Pergerakan dada menggunakan otot pernapasan
-          Frekuensi pernapasan 40x/ menit
-          Irama napas tidak teratur
-          Pernapasan cepat dan dangkal
-          Klien tampak kesulitan bernapas.
-          Klien tampak gelisah


Data
Proses peradangan/ inflamasi
 

Peningkatan produksi secret di Bronkus

Penumpukan secret di Bronkus

Obstruksi bronchial

Pola nafas tidak efektif


Etiologi
Pola nafas tidak efektif













     Masalah
3.
DS:
-          Ibu klien mengatakan selama sakit anaknya belum pernah mandi, cuci rambut dan menggunting kuku.
DO:
-          Klien tampak lemah
-          Bibir tampak kering, mulut kurang bersih, dan mengelupas
-          Kuku tampak panjang dan kurang bersih.

Akibat proses inflamasi/ peradangan
 

Kelemahan fisik
 

Ketidakmampuan melakukan perawatan diri

Kurangnya perawatan diri/ kebersihan diri    (personal hygiene)
Kurangnya perawatan diri (personal hygiene)

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
Ditandai dengan:
DS :
-    Ibu klien mengeluh anaknya batuk
DO :
-    Klien tampak batuk
-    Suara napas ronchi basah
2.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi Bronchial
Ditandai dengan:
DS :
-    Ibu klien mengatakan anaknya sesak napas
-    Ibu klien mengeluh anaknya gelisah dan menangis terus

DO :
-    Pergerakan dada menggunakan otot pernapasan
-    Frekuensi pernapasan 40x/ menit
-    Irama napas tidak teratur
-    Pernapasan cepat dan dangkal
-    Klien tampak kesulitan bernapas.
-    Klien tampak gelisah
3.      Kurangnya perawatan diri (Personal Hyegiene) berhubungan dengan kelemahan fisik.
Ditandai dengan:
DS :
-    Ibu klien mengatakan selama sakit anaknya belum pernah mandi, cuci rambut dan menggunting kuku.
DO :
-    Klien tampak lemah
-    Bibir tampak kering, mulut kurang bersih, dan mengelupas
-    Kuku tampak panjang dan kurang bersih.





C.    Intervensi Keperawatan
Tabel 6. Intervensi Keperawatan

No.

Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional
1.
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
Ditandai dengan:
-    Ibu klien mengeluh anaknya batuk
-    Klien tampak batuk
-    Suara napas ronchi basah

Tujuan:
-   Bersihan jalan napas kembali efektif/ teratasi

Kriteria Hasil:
-    Batuk berkurang atau hilang.
-    Suara napas kembali normal.
-    Tidak ada sekret.

1.   Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
2.   Auskultasi area paru catat adanya suara napas tambahan.

3.   Bantu klien mengeluarkan dahak/ sputum dengan pijatan ringan setiap kali batuk.
4.   Berikan klien susu dengan menggunakan air hangat dari pada air dingin.
5.   Berikan obat antibiotik.








6.   Siapkan untuk pemberian humidifikasi misalnya Nebulizer.



7.   Berikan obat bronkodilator.



1.   Semakin sempit dan tingg bronkus semakin meningkat frekuensi pernapasan.
2.   Suara napas yang disebabkan oleh sputum dapat menyebabkan obstruksi.
3.   Sputum yang keluar dapat membantu jalan napas kembali normal.


4.   Air hangat mengurangi tingkat kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan.
5.   Membunuh mikroorganisme penyebab, sehingga bisa mengurangi peningkatan produksi sputum, yang merupakan sebagai akibat timbulnya peradangan.
6.   Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran secret untuk memudahkan pembersihan.
7.   Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret dengan cepat.

2.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi Bronchial
Ditandai dengan:
-     Ibu klien mengatakan anaknya sesak napas
-     Ibu klien mengeluh anaknya gelisah dan menangis terus
-     Pergerakan dada menggunakan otot pernapasan
-     Frekuensi pernapasan 40x/ menit
-     Irama napas tidak teratur
-     Pernapasan cepat dan dangkal
-     Klien tampak kesulitan bernapas.
-     Klien tampak gelisah

Tujuan:
-   Pola napas kembali efektif/ normal.

Kriteria Hasil:
-    Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
-    Frekuensi pernapasan kembali normal
-    Irama napas teratur dan
-    Pernapasan normal
-    Klien tampak tenang. 
1.   Kaji status, frekuensi, dan kedalaman pernapasan, catat adanya gerakan otot pernapasan.
2.   Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas abnormal.
3.   Tinggikan kepala di atas tepat tidur dan bantu klien mengubah posisi.
4.   Bantu klien untuk mengatasi ketakutan/ kecemasan klien dengan menenangkan klien.

1.    Kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernapasan.



2.   Bunyi napas yang menurun biasanya terjadi obstruksi.

3.    Memudahkan pernapasan klien.


4.    Rasa takut dan cemas dapat memicu tingkat pernapasan.





3.
Kurangnya perawatan diri (Personal Hyegiene) berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan:
-   Kebersihan diri sesuai pola

Kriteria Hasil:
-    Mulut, badan, rambut, dan kuku dalam keadaan bersih.
-    Klien tampak merasa nyaman dan dapat beristirahat dengan tenang.
1.   Kaji kembali pola kebersihan.

2.   Bantu klien dalam mengatasi kebersihan dirinya (badan, mulut, rambut dan kuku).
3.   Anjurkan pada ibu dan keluarga klien untuk menjaga dalam kebersihan klien.
4.   Lakukan pendidikan kesehatan tentang pentingnya kebersihan diri.
1.    Data dasar dalam melakukan intervensi.
2.    Agar klien merasa nyaman dan tampak bersih.


3.    Mempertahankan rasa nyaman klien.



4.      Meningkatkan pengetahuan dan membuat ibu klien lebih kooperatif.






                                                                                        




D.    Implementasi dan Evaluasi
Tabel 7. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
No.
Dx
Tgl/ Jam
Implementasi
Evaluasi
1.
Rabu, 01/08/2012
08.10



08.30



09.15




09.30




10.00
              




12.00



14.00


20.00



22.00


22.10





04.00



06.00
1.      Mengkaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Hasil: irama napas cepat dan dangkal, dan menggunakan otot pernapasan.
2.      Mengauskultasi area paru catat adanya suara napas tambahan.
Hasil: terdengar adanya suara napas tambahan ronchi basah.
3.      Membantu klien mengeluarkan dahak/ sputum dengan pijatan ringan setiap kali batuk.
Hasil: klien mengeluarkan dahak dua kali.
4.      Memberikan klien susu dengan menggunakan air hangat dari pada air dingin.
Hasil: membuat susu klien dengan air hangat.
5.      Memberikan Obat Injeksi
Hasil:            
Injeksi Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
6.      Menyiapkan untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
7.      Memberikan obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
8.      Menyiapkan untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
9.      Memberikan obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
10.  Memberikan Obat Injeksi
Hasil:            
Injeksi Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
11.  Menyiapkan untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
12.  Memberikan obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.

Jam 08.25 / 02/ 08/ 2012
S:
-    Ibu klien mengatakan anaknya masih batuk.

O:
-    Klien tampak batuk.
-    Suara napas terdengar adanya sputum.
-    Irama napas cepat dan dangkal, menggunakan otot pernapasan.

A: Masalah belum teratasi.

P: Lanjutkan intervensi.
2.
08.10






08.30




09.20




09.45
1.      Mengkaji status, frekuensi, dan kedalaman pernapasan, catat adanya gerakan otot pernapasan.
Hasil: Pernapasan cepat dan dangkal, menggunakan otot pernapasan.
2.      Mengauskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas abnormal.
Hasil: suara napas terdengar ronchi basah.
3.      Meninggikan kepala di atas tepat tidur dan bantu klien mengubah posisi.
Hasil: posisi kepala klien lebih tinggi menggunakan 2 bantal.
4.      Membantu klien untuk mengatasi ketakutan/ kecemasan klien dengan menenangkan klien di dekat ibunya.
Hasil: Klien tampak tenang jika di dekat ibunya.

Jam 08.45/ 02/ 08/ 2012
S:
-    Ibu klien mengatakan anaknya masih sesak.
-    Ibu klien mengatakan kadang-kadang anaknya gelisah dan rewel.

O:
-    Pergerakan dada menggunakan otot pernapasan
-    Frekuensi pernapasan 30x/ menit
-    Pernapasan cepat dan dangkal
-    Klien tampak kesulitan bernapas.
-    Klien tampak gelisah.

A: Masalah belum teratasi.

P: Lanjutkan intervensi.


3.
08.15




09.00





09.25




10.15
1.      Mengkaji kembali pola kebersihan.
Hasil: klien belum bisa melakukan perawatan diri sendiri.
2.      Membantu klien dalam mengatasi kebersihan dirinya (badan, mulut, rambut dan kuku).
Hasil: klien tampak bersih dan nyaman
3.      Menganjurkan pada ibu dan keluarga klien untuk menjaga dalam kebersihan klien.
Hasil: ibu klien mau membantu menjaga kebersihan klien.
4.      Melakukan pendidikan kesehatan tentang pentingnya kebersihan diri.
Hasil: ibu  dan keluarga klien mengerti tentang pentingnya kebersihan diri.

Jam 08.50 / 02/ 08/ 2012
 S:
-    Ibu klien mengatakan sudah memotong kuku klien.

O:
-    Badan klien tampak bersih dan nyaman.
-    Badan, rambut, mulut dan kuku tampak pendek dan bersih.

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan Intervensi.
1.
Kamis, 02/08/2012
08.15



08.25



08.50




09.10




10.15





12.10



14.05


20.00



22.00


22.05





04.10



06.15



1.      Mengkaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Hasil: irama napas cepat dan dangkal, dan menggunakan otot pernapasan.
2.      Mengauskultasi area paru catat adanya suara napas tambahan.
Hasil: terdengar adanya suara napas tambahan ronchi basah.
3.      Membantu klien mengeluarkan dahak/ sputum dengan pijatan ringan setiap kali batuk.
Hasil: klien dapat mengeluarkan dahaknya.
4.      Memberikan klien susu dengan menggunakan air hangat dari pada air dingin.
Hasil: membuat susu klien dengan air hangat.
5.      Memberikan Obat Injeksi
Hasil:            
Injeksi Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
6.      Menyiapkan untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
7.      Memberikan obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
8.      Menyiapkan untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
9.      Memberikan obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
10.  Memberikan Obat Injeksi
Hasil:            
Injeksi Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
11.  Menyiapkan untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
12.  Memberikan obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.

Jam 08.15 / 03/ 08/ 2012
S:
-    Ibu klien mengatakan anaknya masih batuk.

O:
-    Klien tampak batuk.
-    Suara napas terdengar adanya sputum.
-    Irama napas cepat dan dangkal, menggunakan otot pernapasan.

A: Masalah belum teratasi.

P: Lanjutkan intervensi.
2.
08.15

             




08.25




08.46


             

12.05





1.      Mengkaji status, frekuensi, dan kedalaman pernapasan, catat adanya gerakan otot pernapasan.
Hasil: Pernapasan cepat dan dangkal, menggunakan otot pernapasan.
2.      Mengauskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas abnormal.
Hasil: suara napas terdengar ronchi basah.
3.      Meninggikan kepala di atas tepat tidur dan bantu klien mengubah posisi.
Hasil: posisi kepala klien lebih tinggi menggunakan 2 bantal.
4.      Membantu klien untuk mengatasi ketakutan/ kecemasan klien dengan menenangkan klien di dekat ibunya.
Hasil: Klien tampak tenang jika di dekat ibunya.

Jam 08.25 / 03/ 08/ 2012
S:
-    Ibu klien mengatakan anaknya masih sesak.
-    Ibu klien mengatakan kadang-kadang anaknya gelisah dan rewel.
O:
-    Pergerakan dada menggunakan otot pernapasan
-    Frekuensi pernapasan 30x/ menit
-    Pernapasan cepat dan dangkal
-    Klien tampak kesulitan bernapas.
-    Klien tampak gelisah.

A: Masalah belum teratasi.

P: Lanjutkan intervensi.




1.
Jumat, 03/08/2012
08.10



08.15



08.30




08.55




10.10





12.15



14.05


20.00



22.05


22.15





04.10



06.05

            

1.      Mengkaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Hasil: irama napas cepat dan dangkal, dan menggunakan otot pernapasan.
2.      Mengauskultasi area paru catat adanya suara napas tambahan.
Hasil: terdengar adanya suara napas tambahan ronchi basah.
3.      Membantu klien mengeluarkan dahak/ sputum dengan pijatan ringan setiap kali batuk.
Hasil: klien mengeluarkan dahak dua kali.
4.      Memberikan klien susu dengan menggunakan air hangat dari pada air dingin.
Hasil: membuat susu klien dengan air hangat.
5.      Memberikan Obat Injeksi
Hasil:            
Injeksi Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
6.      Menyiapkan untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
7.      Memberikan obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
8.      Menyiapkan untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
9.      Memberikan obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
10.  Memberikan Obat Injeksi
Hasil:            
Injeksi Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
11.  Menyiapkan untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
12.  Memberikan obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.

Jam 08.20 / 04/ 08/ 2012
S:
-    Ibu klien mengatakan anaknya masih batuk.

O:
-    Klien tampak batuk.
-    Suara napas terdengar adanya sputum.
-     Irama napas cepat dan dangkal, menggunakan otot pernapasan.

A: Masalah belum teratasi.

P: Lanjutkan intervensi.
2.

10.00






10.20




10.35




12.00




1.      Mengkaji status, frekuensi, dan kedalaman pernapasan, catat adanya gerakan otot pernapasan.
Hasil: Pernapasan mulai normal, menggunakan otot pernapasan mulai berurang.
2.      Mengauskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas abnormal.
Hasil: suara napas tambahan ronchi basah mulai berkurang.
3.      Meninggikan kepala di atas tempat tidur dan bantu klien mengubah posisi.
Hasil: posisi kepala klien lebih tinggi menggunakan 2 bantal.
4.      Membantu klien untuk mengatasi ketakutan/ kecemasan klien dengan menenangkan klien di dekat ibunya.
Hasil: Klien tampak tenang jika di dekat ibunya.

Jam 08.27 / 03/ 08/ 2012
S:
-    Ibu klien mengatakan sesak anaknya mulai berkurang.
-    Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak gelisah lagi.

O:
-    Pergerakan otot pernapasan mulai berkurang
-    Frekuensi pernapasan 28x/ menit
-    Pernapasan mulai normal
-    Klien tampak mulai tenang.

A: Masalah teratasi sebagian.

P: Lanjutkan intervensi.




1.
Sabtu, 04/08/2012
08.17



08.25





08.45




9.00




10.00





12.15



14.10


20.00



22.05


22.15





04.15



06.05



1.      Mengkaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Hasil: gerakan dada mulai normal, dan tidak menggunakan otot pernapasan.
2.      Mengauskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas abnormal.
Hasil: suara napas tambahan ronchi basah terdengar sudah berkurang.
3.      Membantu klien mengeluarkan dahak/ sputum dengan pijatan ringan setiap kali batuk.
Hasil: klien dapat mengeluarkan dahaknya.
4.      Memberikan klien susu dengan menggunakan air hangat dari pada air dingin.
Hasil: susu klien menggunakan air hangat.
5.      Memberikan Obat Injeksi
Hasil:            
Injeksi Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
6.      Menyiapkan untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
7.      Memberikan obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
8.      Menyiapkan untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
9.      Memberikan obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
10.  Memberikan Obat Injeksi
Hasil:            
Injeksi Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
11.  Menyiapkan untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
12.  Memberikan obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.

Jam 09.10 / 05/ 08/ 2012
S:
-    Ibu klien mengatakan batuknya berkurang.

O:
-    Batuk tampak berkurang.
-    Suara sputum berkurang.
-    Irama napas normal.

A: Masalah teratasi sebagian.

P: Lanjutkan intervensi.
2.
10.17
             





10.25




10.40






12.00






1.      Mengkaji status, frekuensi, dan kedalaman pernapasan, catat adanya gerakan otot pernapasan.
Hasil: Pernapasan normal, gerakan otot pernapasan berkurang.
2.      Mengauskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas abnormal.
Hasil: suara napas tambahan ronchi basah berkurang.
3.      Meninggikan kepala di atas tempat tidur dan bantu klien mengubah posisi.
Hasil: posisi kepala klien lebih tinggi menggunakan 2 bantal klien tampak lebih mudah bernapas.
4.      Membantu klien untuk mengatasi ketakutan/ kecemasan klien dengan menenangkan klien di dekat ibunya.
Hasil: Klien tampak tenang jika di dekat ibunya.

Jam 09.30 / 05/ 08/ 2012
S:         
-    Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak sesak.
-    Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak gelisah dan rewel.

O:
-    Tidak menggunakan otot pernapasan
-    Frekuensi pernapasan 24x/ menit.
-    Klien tampak tenang.

A: Masalah teratasi.

P: Hentikan intervensi.




1.
Minggu, 05/08/2012
09.05


09.20



09.45




10.00




10.15





11.55



14.00


20.00



22.05


22.15





04.05



06.10
1.      Mengkaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Hasil: gerakan otot pernapasan berkurang.
2.      Mengauskultasi area paru catat adanya suara napas tambahan.
Hasil: suara napas tambahan ronchi basah berkurang.
3.      Membantu klien mengeluarkan dahak/ sputum dengan pijatan ringan setiap kali batuk.
Hasil: klien mengeluarkan dahaknya.
4.      Memberikan klien susu dengan menggunakan air hangat dari pada air dingin.
Hasil: susu klien menggunakan air hangat.
5.      Memberikan Obat Injeksi
Hasil:            
Injeksi Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
6.      Menyiapkan untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
7.      Memberikan obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
8.      Menyiapkan untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
9.      Memberikan obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.
10.  Memberikan Obat Injeksi
Hasil:            
Injeksi Ceftriaoxone 750 Mg/ Iv/ 12 Jam
Injeksi Dexamethazone 5 Mg/ Iv/ 12 Jam
11.  Menyiapkan untuk pemberian Nebulizer dengan combivent.
Hasil: klien telah di berikan Nebulizer.
12.  Memberikan obat batuk puyer.
Hasil: klien meminum obat batuk puyer 1 bungkus.

Jam 09.00 / 06/ 08/ 2012
S:
-    Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak batuk lagi.

O:
-    Batuk tampak berkurang.
-    Suara sputum berkurang.
-    Irama napas normal.

A: Masalah teratasi.

P: Hentikan intervensi.



BAB IV
PEMBAHASAN
       Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien An. A dengan gangguan sistem pernapasan : bronchopneumonia di ruang melati BLUD rumah sakit binyamin guluh kabupaten kolaka tahun 2012. peneliti berusaha menerapkan proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan/ intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.Pada bab ini, akan diuraikan mengenai kesenjangan antara teori dengan hasil penelitian, faktor pendukung dan penghambat, dalam menerapkan asuhan keperawatan.
A.    Pengkajian 
       Pengkajian merupakan dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang klien agar dapat mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual. Pada saat pengumpulan data peneliti tidak mengalami hambatan dalam pengambilan data dari klien dan keluarga hal ini dikarenakan klien dan keluarga sangat kooperatif pada perawat. Selain itu, data-data dari perawat ruangan yang telah membantu dan memfasilitasi pengumpulan data serta dokumentasi dengan melihat buku status klien di ruangan.
       Data-data yang didapatkan oleh peneliti dalam pengumpulan data meliputi keluhan utama klien dan saat pengkajian di lahan penelitian data yang didapatkan dari klien adalah bersihan jalan napas tidak efektif.
       Dalam teori klien yang menderita dengan Bronchopneumonia akan mengeluh sesak napas, sehingga ini berarti tidak ada kesenjangan antara teori dengan realita di lahan penelitian.
       Dalam pengumpulan data terdapat kesenjangan antara teori dengan realita di lahan penelitian seperti dalam teori saat dikaji biasanya ditemukan demam/ peningkatan suhu tubuh pada klien, namun saat pengkajian di lahan penelitian tidak ditemukan data tersebut. Itu dikarenakan, kondisi klien yang sudah membaik karena ibu klien berusaha merawat klien di rumah dan membawa klien kedokter untuk diperiksa dan adanya pengobatan sebelumnya. Maka pada tahap pengkajian ini ada kesenjangan antara teori dan aktual. Kesenjangan lainnya secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni:
1.      Sikap klien dan keluarga yang mau menerima dan kooperatif dengan pengkaji dan pelaksana asuhan keperawatan.
2.      Psikologi dan manajemen koping yang dimiliki setiap individu yang berbeda-beda.
B.     Diagnosa Keperawatan
       Setelah data terkumpul, peneliti kemudian mengelompokkan data dan menganalisa data, setelah peneliti/ pelaksana asuhan keperawatan merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil pengkajian dan studi kasus di lahan penelitian.
       Secara teori (Menurut Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009), diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan Bronchopneumonia adalah:   
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
2.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.
3.      Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur.
5.      Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
6.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia.
       Diagnosa keperawatan yang muncul setelah dilakukan pengkajian pada klien yakni:
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
2.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Obstruksi Bronchial
3.      Kurangnya perawatan diri (Personal Hyegiene) berhubungan dengan kelemahan fisik.
       Diagnosa yang tidak ditemukan saat setelah pengkajian dan ada dalam teori (Menurut Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009) adalah:
1.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.
2.      Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur.
4.      Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
5.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia.
       Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien hanya tiga diagnosa, sedangkan pada teori enam diagnosa, berarti ada kesenjangan antara teori dan aktual. Itu dikarenakan, kondisi klien yang sudah membaik karena ibu klien berusaha merawat klien di rumah dan membawa klien kedokter untuk diperiksa dan adanya pengobatan sebelumnya.
C.    Perencanaan/Intervensi
Peneliti/pelaksana asuhan keperawatan membuat perencanaan asuhan keperawatan yang berorientasi pada masalah yang muncul pada saat pengkajian dan melalui analisa data yang didasarkan pada teori yang didapat peneliti.
Perencanaan pada klien dengan Bronchopneumonia, difokuskan pada tindakan keperawatan untuk mengatasi jalan napas tidak efektif, pola napas tidak efektif, dan kurangnya perewatan diri (personal hygiene).
Hal- hal yang mendukung dalam kelancaran proses perencanaan, klien dan keluarga kooperatif, dukungan dari perawat ruangan, tersedia sarana dan prasrana yang memadai, tersedianya literatur/referensi, dan saran pembimbing yang sangat membantu dalam penyusunan perencanaan. Sedangkan untuk hambatan- hambatan yang dialami oleh pelaksana asuhan keperawatan selama membuat perencanaan tidak ada. 
D.    Implementasi
Dalam melaksanakan implementasi keperawatan, pelaksana asuhan keperawatan berusaha melakukan sesuai dengan rencana keperawatan, baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Dalam proses pelaksana tindakan keperawatan, pemberi asuhan keperawatan dapat melaksanakan semua rencana tindakan keperawatan pada klien.
Sedangkan selama melaksanakan perencanaan yang telah direncanakan, peneliti menemukan hambatan dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, peneliti tidak dapat mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dengan lengkap pada klien selama 24 jam sehingga peneliti tidak dapat mengetahui secara penuh perkembangan klien, seperti memberikan antibiotik dan Bronchodilator. Namun hal tersebut dapat ditangani dengan mendelegasikan kepada perawat ruangan dan keluarga klien. Selain itu buku status klien dan buku jadwal injeksi membantu dalam pengontrolan peneliti dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
E.     Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang berguna untuk menilai asuhan yang telah diberikan. Tahap ini dilakukan mulai tanggal 01 sampai 05 agustus 2012.
Dari tiga masalah yang ditemukan pada klien An. A dengan gangguan Sistem Pernapasan : Bronchopneumonia.
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret teratasi karena ibu klien tidak mengeluh batuk berlendir lagi dan batuk klien tampak berkurang.
2.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Obstruksi Bronchial telah teratasi karena ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak sesak lagi, dan pernapasan kembali efektif.
3.      Kurangnya perawatan diri (Personal Hyegiene) berhubungan dengan kelemahan fisik dapat teratasi karena ibu klien mengatakan kien telah dimandikan, memotong kuku, membersihkan mulut klien, kuku pendek, dan klien tampak bersih.

BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
       Setelah penulis memberikan asuhan keperawatan pada klien An. A dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Bronchopneumonia Di Ruang Melati BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka yang dilakukan mulai tanggal 01 agustus 2012 sampai dengan 05 agustus 2012, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Tahap Pengkajian
       Dari hasil pengkajian penulis tidak menemukan data senjang pada klien timbulnya keluhan utama jalan napas tidak efektif dan keluhan yang biasa didapatkan berdasarkan teori yakni sama, jalan napas tidak efektif.
2.      Tahap Diagnosa Keperawatan
       Dari data senjang yang diperoleh berdasarkan hasil pengkajian, maka peneliti merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a.       Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
b.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi Bronchial
c.       Kurangnya perawatan diri (Personal Hyegiene) berhubungan dengan kelemahan fisik.
3.      Tahap Perencanaan Keperawatan
       Perencanaan yang dibuat sesuai dengan tujuan dan dasar pemikiran dari tiap intervensi berdasarkan studi literatur yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
       Perencanaan yang dibuat peneliti untuk menyelesaikan masalah pada diagnosa keperawatan jalan nafas tidak efekif yakni menganjurkan dan menganjurkan ibu klien untuk mengeluarkan dahak klien dan kolaborasi dalam pemberian bronchodilator dan antibiotik.
4.      Tahap Implemenasi Keperawatan
       Dalam melakukan tindakan keperawatan, penulis berusaha melakukannya sesuai dengan rencana keperawatan, baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Dalam pelaksaan tindakan, peneliti dapat melaksanakan semua rencana tindakan keperawatan pada klien.
       Tindakan yang dilakukan dalam menangani masalah klien disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan. Selain itu,dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan setiap shift pagi sampai siang.
5.      Tahap Evaluasi
       Evaluasi keperawatan dilakukan pada setiap shift jaga dan ke 3 (tiga) masalah semua teratasi.
B.     Saran
       Untuk melaksanakan dan meningkatkan kualitas studi kasus asuhan keperawatan, perlu beberapa usulan dan saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :
        Dalam menyusun studi kasus asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan gangguan sistem pernapasan : Bronchopneumonia sebaiknya dilakukan pengawasan serta pelayanan yang lebih intensif, karena pada klien Bronchopneumonia dapat memberikan dampak yang lebih besar dan bahkan memberika dampak yang dapat menyebabkan kematian. Maka diharapkan lebih fokus kepada pendidikan kesehatan untuk lebih ditingkatkan agar tidak terjadi kekambuhan ulang. Keluarga klien penting di berikan pendidikan kesehatan tentang gangguan sistem pernapasan: Bronchopneumonia untuk mengatasi permasalahan yang timbul seperti jalan napas tidak efektif dan pola napas tidak efektif.
       Kerjasama yang baik antara sesama perawat, dokter, klien An. A dan keluarga sebaiknya selalu dipertahankan dan ditingkatkan. Hal ini untuk meningkatkan mutu studi kasus asuhan keperawatan serta pengembangan profesi keperawatan itu sendiri.   


DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, dkk, (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius.

A.    Aziz Alimul Hidayat, (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta: Salemba Medika.

A.    Aziz Alimul Hidayat, (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika.

A.    Aziz Alimul Hidayat, (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Jakarta: Salemba Medika.

Eva Ellya Sibagariang, SKM, Dkk, (2010). Buku Saku Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma Kesehatan, Jakarta: TIM.

Evelyn C. Pearce (2000). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.




Ngastiyah, (2005). Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Sujono Riyadi & Sukarmin, (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar